Thursday, August 20, 2015
Diary Dia
Jatuh Cinta.. Semudah Itukah??
Kata orang, cinta memang selalu datang di saat yang tidak terduga-duga. Bisa saja datang kepada orang yang sedang bahagia ataupun yang sedang tidak bahagia. Cinta emang seenaknya sendiri.
Mungkin kayak tiga bulan yang lalu. Bulan September. Ceria banget tiap minggunya. Kita main bareng, naik motor bareng, janjian sana sini. Nggak ada masalah. Belum ada masalah. Karena kami pikir, kami semua teman. Teman yang dekat. Sebelum sesuatu yang nggak pernah kuharapkan akhirnya datang.
Dia menyatakannya. Perasaannya untukku. Ku harap itu sekadar candaan yang ku pikir lucu. Tapi lambat laun, sikap dan sifatnya berubah. Berbeda saat di depanku. Dia mendadak perhatian, pengertian padaku. Dan entahlah. Dia seperti memperhatikanku terus menerus. Aku berpikir, apa bagusnya aku? Lalu aku berpikir lagi.
Inikah cinta?
Secepat inikah?
Belakangan aku menyadari kalau cinta tidak diukur dari lama sebentarnya waktu dalam mencintai. Tapi ketulusan dan perasaan yang dalam lah yang bekerja.
Mungkin hal ini pula yang terjadi denganku. Meski dengan tegas aku berkata aku tidak mencintai orang itu, tapi sisi hatiku yang lain sangat takut bahkan tidak ingin kehilangan orang itu.
Ternyata, aku menyayanginya tanpa ku sadari.
Rumah Yang Lain
Hari-hari kelas tiga sudah ku jalani beberap minggu lamanya. Bersama dengan teman-teman lama yang ku kenal dua tahun yang lalu dalam sebuah kelas di jurusan Multimedia, s. u.
Dulu saat aku belum terlalu mengenal mereka, ku pikir mereka dingin dan tak bersahabat sama sekali. Tapi itu dulu, setahun atau dua tahun yang lalu. Sekarang, pikiran itu entah hilang menguap kemana. Yang ku tahu, sekarang mereka adalah manusia-manusia yang menyenangkan, hangat dan sangat setia kawan. Haha.. Semoga selamanya kami akan seperti ini.
Bagiku, kelas ini, 3 Multimedia 1 ini, terlalu nyaman untuk saat sekarang.
Kadang kadang, aku memikirkan bagaimana kami nanti setelah tidak bertemu lagi untuk waktu yang lama? Apakah masih akan saling mengenal? Apakah masih akan saling berhubungan?
Aku terlalu takut kehilangan mereka..
Padahal, misi kami bersama adalah lulus dari sekolah ini. Lalu memilih jalan kami masing-masing. Entah itu melanjutkan sekolah, bekerja, atau apapun itu.
Yang Orang Itu Pikirkan Tentang Aku..
Saat kami berpapasan pun, tak ada salam maupun sapa. Aku takut menumbuhkan harapan di hatinya.
Karena sebenarnya, aku tak pernah ingin memberi harapan kepada siapapun. Begitu juga kepada gadis ini. Aku tak ingin menyakiti hati orang lain yang mengharapkanku. Sekeras mungkin aku mencoba untuk cuek padanya.
Dia menyukaiku. Dan aku tahu itu.