Syth belum juga beranjak dari meja kerjanya. Sejak bada Subuh
sampai menjelang Ashar ini, ia hampir tak bergerak sesentipun dari
gambar calon bangunan yang menjadi proyek terbarunya itu. Padahal, adzan
Zhuhur sudah berkumandang sejak tadi dan berlalu beberapa jam hingga
detik ini.
Beberapa kali ibunya mengetuk pintu ruang kerjanya
yang terkunci, disertai teriakan "Sholat Dzuhur dulu Syth. Lanjutkan
pekerjaanmu setelah sholat!" sebanyak beberapa kali. Tapi, sesekali
hanya dijawab singkat "Iya bu!" Atau bahkan sekadar gumaman "Hmm.." agak
keras.
Sudah setahun semenjak Syth dinyatakan
lulus dari Fakultas Teknik di Institut Teknologi Bandung. Dan selama itu
pula, ia sudah menghasilkan berjuta-juta rupiah dari proyek-proyek
pembangunan yang ia kerjakan. Karirnya menanjak pesat dalam waktu yang
singkat.
Tapi,
itu semua nyatanta tidak membuat ibunya bahagia. Karena semenjak dunia
dalam genggaman Syth, ia melupakan statusnya sebagai seorang hamba. Ia
mulai jarang sholat, atau sholat tapi di akhir waktu, atau sholat, tapi
buru-buru. Jarang tersenyum dan menyapa ibunya, kecuali saat sedang
membutuhkannya. Dan lainnya. Syth berubah 180 derajat karena dunia yang
Tuhan berikan kepadanya.
Di dalam do'a pada
tiap sepertiga malam, ibu Syth menumpahkan segala kegundahan tentang
anak semata wayangnya itu kepada Rabbnya. Ia curahkan segala kesedihan
hanya kepada Rabbnya. Sambil meraung, memohon, agar kelak Rabb mau
mengembalikan anaknya ke jalan yang seharusnya.
Hingga
pada suatu ketika, segerombolan orang mendatangi rumah Syth dan ibunya.
Dengan tampang sangar mereka, mengobrak-abrik seisi perabot rumah tanpa
ampun, tanpa basa basi sedikitpun.
"Dimana anakmu duhai wanita tua?" Kata salah seorang bermata besar di antara mereka.
Ibu Syth yang ketakutan, sejak tadi hanya bisa menangis dan gemetaran tubuhnya. Ia terduduk di lantai, sukar untuk bangkit.
"Dia... dia.. d-dia t-tidak ada di sini.." ucapnya kepayahan.
"BOHONG!" Kata si mata besar tak percaya.
"Tunjukkan di mana ruang kerjanya! Atau rumah ini akan ku bakar!" Kata yang lain tak kalah garang.
Ibu Syth yang ketakutan masih saja menangis, menundukkan kepalanya, sambil bergumam lirih, "A-aku.. a-ku tidak tahu.."
"Omong kosong! Ayo kita bakar saja rumah ini!"
To Be Continued
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6