sumber : Hipwee |
Apa arti bahagia?
Mengapa harus bahagia?
Dengan siapa beroleh bahagia?
Dimana ada bahagia?
Kapan harus bahagia?
Bagaimana harus bahagia?
Pertanyaan lengkap tentang
“bahagia” bisa mudah saja terhimpun dalam berbagai pertanyaan selengkap 5W+1H
seperti di atas. Namun, apa sebenarnya arti bahagia itu sendiri? Apakah
definisi bahagia harus selalu saklek dan leterlek dengan apa yang ada dalam
pengertian ataupun pendapat-pendapat para ahli? Jawabannya mungkin bisa ya,
namun mungkin juga tidak. Karena bahagia sendiri merupakan sebuah ekspresi atau
perasaan yang muncul dalam diri manusia tanpa adanya paksaan sebelumnya. Namun,
pasti ada pemantik yang membuat seseorang menyatakan diri bahwa ia merasa bahagia
dengan keadaan, orang, waktu, benda, yang tengah ia miliki di suatu masa
tertentu.
Kali ini, penulis meminta ibu
dari penulis sendiri untuk menjabarkan arti bahagia menurut versi beliau,
dengan bahasa yang sederhana. Maksudnya, seseorang tidak harus mencapai atau
memiliki ini dan itu terlebih dahulu untuk bisa merasakan kebahagiaan hakiki
dalam hidupnya. Sebagai informasi, ibu dari penulis bernama Dwi Purwati. Beliau
adalah seorang ibu rumah tangga merangkap pahlawan, motivator, dan inspirasi
bagi penulis untuk selalu semangat dalam menjalani hidup. Karena melalui
beliaulah, ajaran-ajaran sederhana maupun pemikiran-pemikiran kritis penulis
dapat tersalurkan dalam sebuah tulisan sederhada yang sedang dinikmati pembaca
ini.
Baiklah, langsung saja akan penulis
paparkan hasil wawancara berikut ini.
Pewawancara : Assalamualaikum,
ibu apakabar? Sehat, kan?
Narasumber : Alhamdulillah,
nak. Ibu baik kok. Kamu sendiri gimana di sana?
Pewawancara : Alhamdulillah,
saya juga baik kok bu. Oh, ya. Ngomong-ngomong mau minta waktunya sebentar buat
wawancara ya bu. Hehe.
Narasumber : Wealah, macam
artis aja diwawancara. Memangnya mau buat apa, nak?
Pewawancara : Buat
dijadikan bahan tulisan, bu. Temanya mudah aja kok, apa pendapat ibu tentang
arti bahagia itu sendiri?
Narasumber : Wah, langsung
dikasih pertanyaan nih. Emm, bahagia, ya? Mungkin bahagia itu sederhana aja.
Saat kita bisa menerima dan mensyukuri apa-apa yang kita miliki ini. Segala
bentuk kenikmatan yang sedang Allah titipkan kepada kita.
Pewawancara : Oalah, gitu
ya, bu. Menarik-menarik. Terus, bagaimana cara kita bersyukur akan karunia
Allah itu? Apakah sekadar diikrarkan dengan lisan atau lebih dari itu?
Narasumber : Menurut ibu,
mungkin filosofi bahagia dengan cara bersyukur itu layaknya iman yang diucapkan
dengan lisan, diyakini dengan hati, dan dilakukan dengan perbuatan. Karena
sejatinya, kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakan. Ia ada dalam diri
kita. Tinggal bagaimana kita mampu mengelolanya dengan sebaik mungkin. Pilihan
pun ada di tangan kita. Apakah kita menghendaki untuk menciptakan bahagia pada
diri kita atau justru implikasinya.
Pewawancara : MaasyaAllah,
benar sekali, bu. Lalu apa atau bagaimana pendapat ibu pada mereka yang berdalih
mencari kebahagiaan di luar dunianya Misal malah merusak dirinya menjadi
pribadi yang tidak baik seperti minum-minuman keras, pergi ke diskotik,
nge-fly, dan lain sebagainya?
Narasumber : Kalau itu
terpulang pada masing-masing orang. Karena setiap kita pasti memegang
prinsipnya masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. Kadang, nasehat orang
lain hanyalah sebagai peringatan saja, bukan sebuah keharusan yang harus
dikerjakan. Tabiat seseorang pun demikian, ianya hanya akan bisa berubah ketika
ada kesadaran pada diri sendiri untuk mengubahnya menjadi versi dirinya yang
lebih baik daripada sebelumnya.
Pewawancara : Wow, super
sekali! Hehe, gitu sih kalau kata pak Mario Teguh mah. Terima kasih banyak bu
atas waktu dan jawabannya. Semoga nantinya hasil wawancara ini akan bermanfaat
untuk banyak orang. Aamiin.
Narasumber : Kamu nih
kayak sama siapa aja. Pokoknya ibu sudah mendoakan yang terbaik buatmu. Tetap
semangat dalam menggapai seluruh cita-citamu. Jangan pernah putus asa atau
berhenti di tengah jalan. Ingat selalu Allah, dan jangan pernah kau lepas
genggaman erat tanganmu dalam iman yang menggelora di dalam jiwa. Semoga
berhasil, anakku!
Pewawancara : Terima kasih
banyak, bu. Pokoknya ibu yang terbaik buatku!
Ya, sekali lagi bahagia adalah
perasaan-perasaan senang yang sederhana. Keberadaannya bisa diciptakan dan
dibuat oleh siapa saja, termasuk diri kita ini. Karena kita, berhak untuk
bahagia!
#NonFiksi
#ODOPBatch6