Sebenarnya, tulisan ini ingin kujadikan bahan untuk novel. Tapi karena tidak sabaran, jadi aku mempostingnya di blog saja. Haha. Dan semoga kamu yang kumaksud membaca dan mendengarkan kata hatiku ini dengan seksama :v
Aku akan tetap disini meski kau mengatakan, “Jangan bersamaku.” Tenang saja, keberadaanku bukan lagi sebagai orang yang menyukaimu. Tapi sebagai teman yang akan ada kapanpun kamu butuh.
Dulu aku rasa aku menyukaimu. Tapi sekarang, ku rasa itu hanyalah sekadar rasa kagum yang terlalu lama. Namun lalu hilang seiring berjalannya waktu. Kelihatannya sesepele itu, ya aku melupakan rasa itu. Tapi tidak. Tidak sesepele yag kamu pikirkan saat membaca tulisan ini.
Jalan pikiranku terlalu sulit untuk kamu pahami. Jadi, sebelum kamu menyuruhku pergi, aku sudah lebih dulu menyadari hal itu. Haha. Apakah aku terlalu naif? Apakah aku terlalu merendahkan diriku sendiri di hadapanmu? Aku bahkan tidak mengenal diriku yang dahulu setelah aku bertemu kamu.
Aku yang dulunya kumal, kini rela mengorbankan sebagian besar waktuku untuk mempercantik diri. Tentu saja untuk menarik perhatianmu. Tapi aku salah strategi. Karena kau tidak tertarik dengan gadis cantik. Lalu kucoba untuk menjadikan diriku berguna sebagai temanmu. Membantumu mengerjakan PR, menerangkan pelajaran yang tak kau mengerti, bahkan memberimu jawabanku saat ulangan. Haha. Aku tertawa karena menyadari diriku bodoh sekarang. Ya, aku melakukan semua itu tentu saja dengan mengharap balasan sesuatu darimu. Harapanku tidak muluk-muluk, hanya perasaanmu saja. Tapi harapanku itu sia-sia. Karena justru kau malah memanfaatkan kebaikanku ini. Oke, gadis pintar saja juga tak cukup menarik perhatianmu. Lalu gadis seperti apa yang kau inginkan?
Selanjutnya, tapi aku tidak pernah memakai cara ini. Sekalipun tidak. Tampil seksi. Hahaha. Lucu sekali kata itu jika aku yang menyebutkannya. Kamu bahkan tahu bahwa aku sama sekali tidak berusaha untuk cara ketiga ini. Lalu aku menyerah. Begitu saja.
Hingga aku mengetahui sebuah status dalam akun fb mu. Mungkin seorang perempuan yang terbakar cemburu yang menulisnya. Hah, aku berkata seperti ini karena lalu aku melihat akun mu terpampang di bagian konfirmasi teman. Ya, akunmu meng-unfriend pertemanan dengan akunku.
“Please, jangan ganggu akun ini lagi. Aku mohon jangan pernah.”
Itu seingatku. Karena sudah lama sekali. Akan ku ceritakan kronologi kejadian sebelumnya. Begini, awalnya aku sedang online fb pada tengah malam. Lalu seorang teman mengirim sesuatu di wall-ku. Aku tak ingat persis, tapi dia mengirimkan sebuah link aplikasi fb. Karena penasaran, aku meng-klik link itu dan tautan pun bergulir ke halaman selanjutnya. Iseng, aku ikuti saja perintah yang aplikasi itu sediakan. Hingga akhirnya, ibu menyuruhku tidur karena sudah terlalu larut.
Esok harinya, kamu tidak masuk sekolah tanpa alasan. Lalu salah seorang temanmu menghampiriku dengan tampang mengejek.
“Ciee ciee yang naksir Unyil (nama disamarkan). Udahlah lo ngomong langsung aja ke dia, nggak usah pake aplikasi aplikasi segala. Hahaha” aku lantas kaget mendengar apa yang barusan ia ucapkan. Belum sempat aku menyanggahnya, dia melewatiku begitu saja dengan entengnya. Huh, dia pikir aku ini apa.
Tapi apa benar yang dia katakan? Aplikasi aplikasi? AH FACEBOOK!! Aduuuh, aku terlalu ceroboh untuk urusan seperti ini. Akankah kamu sampai mendengar kabar burung ini? Ku harap kamu tak mudah percaya. Tapi bagaimana jika kamu langsung percaya? Aku tak mau usahaku menyembunyikan perasaan selama ini akan sia-sia saja. Kata salah satu temanku, meski aku tak pernah mengungkapkan perasaan ini padamu, namun dari sikapku terlihat jelas kalau aku menyukaimu. Gila! Sampe segitunya? Bahkan aku pun nggak pernah sadar gimana sikapku ke kamu.
Sekarang kamu tahu kan apa penyebabnya? Jadi please, katakan ke pacar kamu itu kalo semua yang aku lakukan ini hanya iseng dan nggak beneran. Tapi kalo pacar kamu nganggepnya beneran sih, aku harap kalian enggak putus.
Tapi kemarin setelah lama aku nggak stalker kamu, aku akhirnya memberanikan diri untuk melakukan hal itu lagi. Tapi jangan khawatir, aku akan melakukannya tanpa ngelike status kamu kok. I’ll make it safely. Karena aku tau pasti kalo pacar kamu itu bakalan on dan lihat-lihat pemberituan. Kan gawat, kalo dia su’udzan lagi. Sebenernya sih niatku baik, enggak pengen kalian berantem. Itu aja. Karena kalo kamu bahagia, aku (belum tentu) juga bahagia. Jadi ku harap kamu ngerti.
Oh iya, aku tadi mau ngomong tentang salah satu status kamu yang bilang kalo
“Kita yang dulu akan beda dengan Kita yang sekarang. Jadi jangan berharap akan sama lagi.”
Yang aku ingin tanyakan adalah, apa artinya itu? Kamu eh ‘kalian’ putus? (kayaknya nggak ikhlas banget hati ini buat sekedar ngomong ‘kalian’) Mungkin bagi aku yang dulu, kesempatan ini sangatlah berharga. Tapi kenyataannya, sekarang nggak gitu. Aku biasa aja tuh. Tunggu tunggu. Apa ini yang dinamakan move on? Hahaha. Seriusan aku udah move on? Aku baru sadar setelah saat itu di Jogja bertemu laki-laki seperti kamu.
Bukan wajah ataupun fisiknya yang mirip. Tapi kepribadiannya. Ya, sekarang aku jadi tahu apa yang hatiku inginkan. Bukanlah wajah yang tampan atau fisik yang menawan yang bisa menarik hatiku. Tapi kepribadian yang baiklah yang bisa. Meskipun aku menemukan orang seperti kamu, tapi dia juga sudah punya pacar. -__-
Hahaha. Dunia mungkin jahat kepadaku sekarang. Tiap menyukai seorang laki-laki, pasti perempuan lain sudah lebih dahulu memiliki hatinya. Kenapa sih, aku selalu terlambat jatuh cinta? Atau mungkin memang belum saatnya aku jatuh cinta? Ku pikir perasaanku mudah berubah. Aku mudah menyukai orang. Tapi mudah juga membenci orang. Sial, apakah otakku sendiri bahkan tidak sanggup mengontrol hatiku? Bahkan ia semakin gila dari hari ke hari. Mungkin tanpa aku sadari.
Tulisan ini aku tulis di tanggal 29 April 2015 saat aku baru saja selesai menangis setelah mendengar beberapa Playlist di komputerku.
0 comments:
Post a Comment