Sabtu
malam pukul tujuh lebih enam belas menit. Sabtu yang dingin dengan hujan. Sabtu
yang gelap karena malam. Sabtu malam yang kelam. Sabtu kedua tanpa percakapan
AKU dan KAMU.
Sebenarnya, aku sudah sangat
mengantuk sekarang. Padahal baru pukul tujuh. Mungkin karena Matika yang
kuperjuangkan pagi tadi, telah banyak menguras energiku untuk malam ini. Untuk
bergadang menyelesaikan sesuatu yang pernah ku mulai bersamanya. Sesuatu yang
merupakan buah dari pemikirannya. Sesuatu yang masih bersisa dari KITA. Dan
yup, ternyata aku menuliskan perihal tentang kamu tanpa ku sadari. Seakan, menulis
tentangmu adalah kebiasaan yang kini dengan sangat terpaksa harus ku tinggalkan
ketika pada akhirnya aku mulai terbiasa.
Merelakan
dalam hubungan yang kau mulai lalu kau usai sendiri ini, bagiku sangat sulit.
Cukup sakit jika terus saja kupaksakan. Ingin rasanya aku berhenti saja
menjauhimu. Ingin rasanya aku kembali saja berjalan ke arahmu. Kalau perlu aku
kan berlari agar cepat sampai. Lalu dengan segala rasa atas nama rindu yang
sudah tumpah-tumpah dari wadahnya, aku ingin segera berhambur memelukmu.
Tapi bicara apa aku
ini? Masihkah seorang teman perempuan memiliki hak untuk berbicara perihal
cinta kepada teman laki-lakinya? Masihkah boleh seorang teman perempuan dengan
sangat berharap menginginkan kabar dari teman laki-lakinya? Masihkah tidak
apa-apa jika temanmu ini memikirkan dan mengharapkan hal-hal semacam itu?
Karena
kehilangan, adalah hal yang paling lama disesap waktu dalam tahap peratapan
sakit cinta ini. Dia tak akan bisa menghilang secepat itu dari sebentuk hati
yang pernah sama-sama merasakan indahnya cinta. Itu bagi hatiku, sih. Bagaimana
hatimu, peduli apa temanmu ini?
Teman. Teman katamu?
Apa
ini yang namanya teman: jika bertemu tak saling sapa. Jika dalam satu ruang dan
waktu yang sama tak saling tanya. Jika perpisahan ini akhirnya hanya
meninggalkan berkas-berkas kebencian antara kita. Teman katamu? Jika semua yang
pernah kita bangun bersama harus berakhir senista ini.
Teman adalah seorang
sahabat, kawan, seseorang yang ada disaat orang lain membutuhkannya. Pun
sebaliknya. Teman merupakan hubungan mutualisme dari dua orang atau lebih yang
saling memiliki keterikatan emosional.
Jika
aku benar seseorang yang kau anggap temanmu, biarkan aku berekspresi. Karena
seorang teman selalu mendukung temannya, bukan? Karena seorang teman tidak
mungkin dengan tega meninggalkan temannya disaat tersulitnya, bukan? Seorang
teman itu pendukung, penyemangat. Bukannya acuh tak acuh dan justru penurun
mood.
Permintaan
terakhirku sebagai seseorang yang pernah mencintaimu adalah: izinkan aku tetap
ada dalam hidupmu (bukan hati dan pikiranmu) sebagai orang yang tetap kamu
butuhkan. Karena ketahuilah, berlepas diri atasmu tidaklah semudah
kelihatannya. Tidak pula sebercanda perasaanmu terhadapku.
Sabtu
malam adalah yang paling istimewa, sepertimu. Terimakasih atas segalanya,
temanku tersayang.
0 comments:
Post a Comment