Sumber : consciouslifestylemag.com |
Self healing merupakan
istilah dalam Bahasa Inggris yang dapat diartikan secara leterlek dengan
“Penyembuhan diri sendiri”. Namun
demikian, istilah self healing kali ini ditujukan pada luka-luka batin
yang sempat menggores atau menyayat hati. Jadi, bukan sebuah luka fisik yang
dapat dilihat dengan panca indera. Metode self healing dapat dilakukan
oleh seseorang yang sedang menyimpan luka batin sedemikian dalam. Selain itu, cara
ini juga bisa bermanfaat untuk menyelesaikaan masalai-masalah yang belum
terselesaikan dalam kehidupan, yang berdampak pada kelelahan emosi seseorang.
Sedangkan self controlling adalah
upaya diri untuk tetap waras dalam berbagai situasi dan kondisi. Kemampuan mengontrol
dan menguasai diri sendiri dapat disebut juga sebagai softskill yang selayaknya
wajib untuk dimiliki setiap kita.
Dalam wawancara kali ini, penulis
berkesempatan untuk mewawancarai narasumber yang memiliki latar belakang di
dunia pertanian, tapi passionate dalam tulis menulis. Kami saling
dipertemukan kemudian mengenal satu sama lain dari sebuah grup kepenulisan via
Whatsapp sejak tahun 2017 lalu. Meskipun demikian, kami pernah sekali bertemu
dalam acara Kampung Ramadhan yang diselenggarakan di Bakorwil Magelang. Namanya
Nur Hidayah, lulusan Fakultas Pertanian dari Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta. Pernah bekerja di sebuah perusahaan pembuatan berita, lantas
sekarang menjadi karyawan tetap di salah satu kantor berbasis teknologi dan
pertanian di Yogyakarta.
Berikut isi wawancaranya yang
berhasil penulis rangkum dalam sebuah catatan.
Pewawancara : Assalamualaikum
Mbak Hid, boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara?
Narasumber : Ya, Dek Ris.
Boleh aja. Mau wawancara tentang apa, nih?
Pewawancara : Jadi gini
mbak, langsung aja deh ya. Emm, Mbak Hid pernah denger istilah self healing belum?
Tapi konteksnya bukan ke penyakit fisik, lho ya. Lebih ke penyakit hati kayak
misal iri, dengki, cemburu, dan lain sebagainya.
Narasumber : Emm, salah
satu cara yang berhasil kupraktekkan mungkin menjaga jarak dulu sama orang yang
bersangkutan. Maksudku, biasanya kan luka-luka hati atau perasaan sakit itu
ditimbulkan oleh orang lain, kan. Jadi, mungkin lebih kepada menghindar dulu
dari orangnya. Kalau misalkan sakit banget, ya mau nggak mau ngelakuin sampe
yang ekstrim, misal sampe nge-mute story WA-nya atau blokir sosmednya,
dan lain sebagainya.
Pewawancara : Wah, bisa
sampe gitu ya, mbak? Mungkin hal-hal semacam itu bisa terjadi karena sebagai
manusia kita memang diciptakan tidak sempurna, ya. Jadi, sisi kemanusiawian
kita seolah mendominasi ketika emosi menguras rasa. Hehe. Tapi di saat-saat
seperti itu, apakah Mbak Hida tetap bisa mempertahankan self controlling
sama orangnya?
Narasumber : Hehe, ya gitu
sih, Dek Ris. Namanya juga manusia, kan. Kalau aku misal lagi jauh gitu, hal
yang kulakukan adalah menata hati sembari menyembuhkannya pelan-pelan. Berpikir,
kalau misal kupupuk terus perasaan mengganjal itu, malahan aku yang sakit dan rugi
terus. Jadinya malah imbasnya ke diriku juga, sih. Jadi, insyaAllah kalau lagi
jauh mah tetep bisa ngontrol. Tapi kalau lagi dekat, ya diusahakan juga sih. Hehe.
Pewawancara : Makin
menarik nih, mbak topik pembicaraannya. Tapi, adakah cara lain yang Mbak Hid
lakukan untuk menghibur diri?
Narasumber : Kalau aku,
sih sering-sering ke kajian aja, Dek Ris. Itu ngaruh banget buat aku. Karena dari
kajian itu aku bisa merenung, melepas sesak di hati. Bisaan, kalau butuh
nangis, yaudah habisin semua pas selesai sholat. Tumpahkan semua rasa ke Allah,
minta buat direngkuh hatinya, biar nggak terus memendam dendam yang sedemikian
dalam. Nah, kalau udah agak baikan, walaupun semua perlakuan atau perkataan
yang menyakitkan itu nggak bisa ditarik ulang, setidaknya aku bisa terlihat
baik-baik saja di depan seseorang yang pernah menyakitiku itu.
Pewawancara : Subhanallah,
Mbak Hid. Aku jadi terharu, nih dengernya. Hehe. Pokoknya bener-bener berjuang
buat bisa memiliki hati sebening kristal, ya. Hehe. Oh ya, terakhir nih, apakah
ada tips buat kita semua untuk bisa terus latihan memiliki hati yang baik? Tentunya
dengan pemahaman self healing dan self controlling yang baik dan
benar.
Narasumber : Hmm, apa, ya?
Tipsnya sederhana aja, sih mungkin. Semua yang telah terjadi dalam hidup kita
ini, sejatinya udah ada di Lauhul Mahfudz sana, bahkan sebelum penciptaan alam
semesta, manusia, dan lainnya ada. Jadi, apa yang kita dapatkan hari ini harus
senantiasa diterima, dan dijalani dengan penuh keikhlasan.
Pewawancara : MaasyaAllah,
keren keren. Terima kasih banyak pokoknya buat semua jawaban serta wejangannya,
Mbak Hid. Sangat bermanfaat untuk membantu para remaja atau remaja yang sedang
menunggu dewasa agar bisa memiliki sikap yang baik dalam menghadapi sebuah
masalah. Sip, sip semoga menjadi ilmu yang bermanfaat yang nantinya akan
berbalik juga manfaatnya sama Mbak Hida. Aamiin. Wassalamualaikum.
Narasumber : Aamiin Ya
Rabbal Alamin, makasih banyak do’anya Dek Ris. Do’a baik kembali kepada yang
mendoakan, insyaallah. Terima kasih kembali. Waalaikumussalam.
#NonFiksi
#ODOPBatch6
0 comments:
Post a Comment