Setelah hari itu, ayah resmi bekerja di tempat
kenalannya dulu. Dan aku pun, resmi menikah dengan anaknya. Hari-hari pertama
menjalani hidup sebagai seorang istri, tidak begitu berat bagiku. Namun,
hari-hari selanjutnya sangatlah berbeda. Ternyata ada rahasia besar yang selama
ini disembunyikan ayah dan ayah mertuaku dariku. Sebuah rahasia besar yang mengawali
sejarah terciptanya wabah Menyusophia.
Sebelum pabrik garmen ayah bangkrut, beliau bekerja
sama dengan Pak Walikota terpilih saat ini. Bisa dibilang, bahwa ayah adalah
sponsor tetap yang selalu menyokong pergerakan Pak Walikota sebelum beliau
resmi terpilih menjadi orang nomor satu di kota ini. Awalnya, kerjasama mereka
adalah kerjasama yang sehat, sebelum akhirnya ayah mertuaku menjadi duri dalam
daging di antara mereka.
Jika kamu masih di kota kita sebelum Walikota lama lengser,
maka mungkin kamu pernah tahu tentang bakal calon yang akan menggantikan
jabatan Pak Walikota. Ya, hanya ada dua calon saja menjelang pemilihan berlangsung.
Pak Walikota yang menjabat sekarang, dan ayah mertuaku. Alih-alih menerima
kekalahannya secara lapang dada, ayah mertuaku ternyata memiliki dendam kesumat
yang tak terbantahkan pada Pak Walikota terpilih, beserta kolega-koleganya. Dan
ayahku, menjadi target terpenting yang sudah ia incar dari lama.
Sebagai seorang pengusaha, aku yakin ayah memiliki
pemikiran yang tidak cukup bodoh untuk memutuskan sesuatu. Ia selalu
mengajariku dan adik-adik tentang bagaimana menentukan mana yang benar dan mana
yang salah. Pak Walikota pun memiliki tabiat yang sama. Ia benar-benar mengupayakan
yang terbaik tak hanya untuk pendukungnya saja, melainkan meliputi semuanya. Namun,
ayah mertuaku yang sudah gelap mata menerjang segala bentuk kebaikan yang
mencoba mengambil hatinya. Ia tidak percaya orang baik. Baginya, kebaikan
hanyalah topeng semata untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.
Lantas, kamu mungkin bertanya bagaimana bisa ayahku
kehilangan seluruh asetnya, dan bagaimana mungkin beliau bisa memercayakanku
untuk menjadi salah satu bagian dari keluarga ayah mertuaku. Jujur, terlalu
banyak teka-teki yang saat itu harus kupecahkan sendirian. Suamiku bahkan sama
sekali tak pernah mau tahu dengan permasalahan pelik ini. Ia sedingin es. Aku dijadikannya
pelampiasan belaka. Bukan menjadi urusannya ketika perasaan dan fisikku terluka.
Pulangnya selalu larut, mulutnya selalu bau alkohol, dan jaketnya dipenuhi bau-bauan
parfum perempuan.
Saat itu, aku tidak bisa berpikir jernih. Aku mulai
menyalahkan ayah atas segala yang kuterima. Namun di kemudian hari, aku
mengetahui sesuatu lain yang membuatku berusaha keras menerima segalanya, dan
berdamai pada keadaan. Selain melakukan penelitian untuk karyaku yang mendapat
apresiasi Pak Walikota, diam-diam aku juga melakukan penelitian untuk
menciptakan penawar bagi penderita Menyusophia.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
0 comments:
Post a Comment