Saturday, May 28, 2016

Tuesday, May 24, 2016

Sebuah Alasan

Dulu, aku selalu berpikir. Bahwa semua hal yang tak beralasan itu biasa saja. Bahkan terkesan baik - tidak penting. Tak perlu diambil pusing.

Seperti hal nya saat aku dan seseorang saling jatuh hati tanpa alasan. Saat itu, kami sama-sama menganggap, bahwa sebuah alasan tidak terlalu penting untuk hubungan ini. Tapi nyatanya kami salah. Salah besar.

Sebuah alasan, rupanya benar-benar menjadi sesuatu yang harusnya kita pegang dengan sangat kuat untuk tetap bertahan. Berdiri. Dan terus melangkah sampai tujuan.

Pun sama. Alasan. Kenapa kita harus membahagiakan orang tua kita, salah satunya adalah untuk membalas jasa-jasa mereka. Pun begitu, kasih orang tua terutama ibu, seperti sang surya menyinari dunia. Tidak pernah habis. Tak kan mampu kita membalas semuanya. Ya, dengan apapun itu.

Finish what you start. And start it from a reason. Strong why!

Pun sama dengan menjadi penulis. Atau saat menulis sebuah tulisan. Aku harus punya tujuan. Lalu alasan yang sangat kuat KENAPA aku harus bisa mencapai tujuan itu.

Baiklah. Aku memang SANGAT INGIN SEKALI menjadi seorang penulis. Ya, meskipun pernah ku dengar kata orang. 'Menulis tidak akan membuatmu kaya'.

But, i write not to be rich. I write to get closer with God. To be more usely as a human. To be reminded. Yeah, that's all my reason and strong why.

Alasan aku menulis, dan ingin menjadi penulis memang bukan karena uang. Karena suatu saat uang akan habis. Tapi alasan yang sesungguhnya adalah, aku hanya ingin dekat dengan Sang Pencipta. Dengan menebar manfaat bagi sesama manusia misalnya. Berbuat baik dan menciptakan perubahan dengan apa yang kutulis contohnya.

Lebih dari itu, alasan kuat lainnya adalah, aku hanya ingin dikenang sebagai seseorang yang bermanfaat bagi orang lain. Saat aku meninggal nanti, bukan hanya nama yang aku tinggalkan.

Tapi karya, buah pikiran, perubahan untuk anak cucuku kelak. Bahkan dunia kalau perlu.

Ya, alasanku tetap menulis adalah aku ingin mengkristalkan peristiwa. Mengekalkan kenangan dalam sebuah tulisan. Lalu, biarlah semua yang kutulis nantinya, ter-imaji dalam benak pembaca. Biarlah mereka juga mengenangnya dalam benak masing-masing.

Dengan menulis, hidupku menjadi lebih hidup. Lebih berarti. Then, i'll write for ever and ever again.

xoxo,

Risma Ariesta