Tuesday, August 28, 2018

Prahara Suriah

Koleksi Buku Perpustakaan Salatiga

Malam ini aku hanya ingin menulis tentang kejadian hari ini yang tadi kualami. Tidak sedang ingin menulis tentang fiksi ataupun nonfiksi, kecuali beberapa tanggungan artikel yang belum sempat keselesaikan. Ah, kehidupan mahasiswa ternyata seperti ini. selalu ada tugas dan tugas dalam kesehariannya. Haha. Tak mengapalah. Toh ini sudah menjadi pilihanku sejak awal dulu. Bahkan, memutuskan untuk resign dari pekerjaanku dengan gaji cukup menjanjikan, hanya untuk kembali menuntut ilmu yang sejak lama ingin kudalami.

Sejauh ini, aku merasa senang saja melakukan semua perjuangan-perjuangan baru ini. Karena aku telah bertekad untuk tidak mengeluh. Untuk tidak kecewa terhadap pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan yang sudah jauh-jauh hari kudambakan. Ya, mungkin banyak sekali orang lain di luar sana yang justru ingin berada di posisiku ini. Bodoh jika di kemudian hari aku lantas menyia-nyiakannya. Bodoh sekali. Semoga tidak dan jangan sampai.

Untuk hari ini aku bersyukur masih bisa diberi nafas, kehidupan, dan nikmat yang memang tidak dapat terhitung lagi banyaknya. Pasalnya, hari ini aku seperti bertemu dengan jodohku.

Berkunjung ke Perpustakaan Dareah Salatiga adalah pengalaman pertamaku. Lantas menemukan sebuah buku yang selama kucari, memperlengkap kebahagiaanku bertemu dengan buku-buku. Padahal, cukup sulit mendapatkan buku itu. Namun, pada jajaran buku-buku di rak Sejarah Asia, di tadi tiba-tiba mataku melihatnya dengan jelas. Dia ada di antara deretan buku lain yang mengapitnya.

Tajuk buku itu Prahara Suriah. Seorang teman yang memberitahukannya. Tentang latar belakang dan kebohongan-kebohongan yang ada di perang Suriah. Tentang ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di timur Tengah. Tentang kebohongan yang ditutup-tutupi. Tentang Penguasa hebat, namun dikambinghitamkan oleh pihak lain. Tentang kebenaran yang sebenarnya. dan masih banyak lagi topik lain yang dibahas.

Sebelumnya, aku justru menemukan versi sekuel buku ini. Judulnya Salju di Aleppo. Padahal, saat tu kutanyakan juga akan ketersediaan buku Prahara Suriah ini pada si penjual. Namun, ternyata buku ini sudah lama tidak dicetak. Buku terbitan sekitar tahun 2014 ini memang begitu kontroversial setelah penerbitannya. Karena seperti yang kita tahu pada umumnya, bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia menolak keras ajaran-ajaran syi’ah yang katanya menyesatkan semua. Juga menjadi kubu oposisi bagi Presiden Suriah, Bashar Assad. Padahal, sebenarnya kita yang ada di Indonesia ini tidak tahu apa-apa tentang konflik multinasional ini.

Sebenarnya, kebenaran dari kenyataan yang ada di Suriah itu tidak sama seperti apa yang selama ini kita ketahui. Tak sejalan dengan arus media barat yang kian menggembar-gemborkan Bashar Assad sesat, Bashar Assad membunuhi warganya. Haha. Sungguh lucu. Lantas bagaimana kebenaran yang sebenarnya itu? Ya memang semua kebenaran hanya milik Allah semata. Namun sebagai hamba, kita hanya bisa berdo'a dan berusaha.

InsyaAllah ada jalan. Bismillah...

Monday, August 27, 2018

Pulau Bungin dan Serpihan Kisah Tentang Ibu Sri Ningsih



Kemarin, notifikasi whatsapp di gawaiku mendadak ramai karena adanya grup baru tentang kepenulisan. Aku ingat belaka karena beberapa hari sebelumnya, sempat mengisi form dan mendaftar ke salah satu kelas menulis online tanpa biaya. Senang rasanya bisa diterima. Harapanku adalah bisa berproses bersama penulis-penulis lain di grup ini. InsyaAllah.

Komunitas ini bernama One Day One Post yang biasa disingkat dan dikenal dengan nama ODOP. Itu artinya, jika program sudah berjalan, maka para peserta benar-benar diharuskan untuk menulis atau membuat postingan minimal satu postingan atau tulisan sehari. Kedisiplinan dan komitmen tinggi akan terbangun dari sini. Mental penulis yang tidak mudah puas dan menyerah terhadap satu karya, benar-benar akan diuji di sini. Maka dari itu, semoga saja diri ini bisa senantiasa meluruskan niat dan tekad untuk benar-benar berjuang menggapai mimpi-mimpiku menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain melalui tulisan. Aamiin Ya Rabb.

Hari berikutnya, tepatnya hari ini, kami seluruh anggota grup besar dipecah menjadi beberapa grup kecil dengan nama-nama Pulau di Indonesia. Nama pulau-pulau yang dipakai sebagai nama di grup kecil tersebut diambil dari nama-nama pulau yang ada di Indonesia Timur sana. Seperti Pulau Bungin, Pulau Harapan, Pulau Buru, dan Pulau Natuna. Nah, namaku tercatat pada deretan anggota di grup Pulau Bungin yang di ampu oleh Lutfi, Setya Romana, dan Sovia.

Kesan pertama ketika mendengar nama Bungin disebut adalah cerita pada sebuah novel tentang seorang anak nelayan tangguh yang berhasil menghiasi setiap jengkal kehidupannya dengan perjuangan dan pengorbanan. Novel itu berjudul Tentang Kamu yang ditulis oleh Tere Liye. Dengan tebal sekitar 500 halaman lebih, sebuah prestasi ketika aku mampu menyelesaikannya hanya dalam waktu satu hari.

Karena gaya penulisan Tere Liye yang begitu mengalir serta alur cerita yang disuguhkan secara ciamik, aku sekan tidak merasakan waktu berjalan. Hahah. Memang harus sampai seberlebihan ini ketika membicarakan karya Tere Liye. Hampir semua bukunya best seller dan laku keras di pasaran. Tema-tema langka yang beliau angkat, gaya bahasa, serta jalan cerita yang tidak biasa memang memiliki daya tarik tersendiri.

Pulau Bungin terletak di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tercatat sebagai pulau dengan penduduk terpadat sedunia. Dengan rumah-rumah apung di atas laut yang saling berjejer begitu rapat, ternyata Bungin juga merupakan tempat dengan kesadaran toleransi yang begitu tinggi.

Semakin aku menanamkan kata “Pulau Bungin” di kepalaku, semakin liar kenangan tentang masa kecil ibu Sri Ningsih yang merupakan tokoh utama pada novel Tentang Kamu. Bagaiaman seorang Zaman Zulkarnaen yang merupakan kuasa hukum yang sedang menggali kisah kliennya dari mulai masa kecilnya, bahkan sebelum klien itu lahir. Meskipun pada akhirnya ending dari cerita ini bisa dibilang indah, intrik-intrik yang sengaja dibuat pada bagian-bagian tengah cerita ini membuat aku pribadi memberikan penilaian bintang 5 untuk measterpiece sehebat itu.

Ini hanya sedikit yang kuketahui tentang pulau Bungin. Sebuah pulau yang masih katanya, bagus dan meski tidak asri atau rindang karena pepohonan hijau.

Tuesday, August 21, 2018

Menciptakan Masterpice

Menciptakan tulisan yang gurih gurih enyoi itu tidak semudah ketika kau makan tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan anget.

Karena tulisan yang baik, apalagi gurih itu perlu dimasak di sebuah dapur yang setiap harinya menanak kata demi kata dalam sebuah kuali besar berisi ribuan gagasan untuk dituangkan.

Digodok sedemikian rupa hingga menghasilkan sebuah santapan yang layak untuk dicerna, melewati kerongkongan, hingga menjadi sumber kekuatan berupa santapan tulisan beragam genre yang enak dibaca.

Jangan lupa tambahkan serpihan diksi ketika kau rasa cerita yang kau buat kurang berbumbu. Pun, plot berintrik gemas nan penuh drama bisa ikut kau sertakan juga sebagai pahit manis, pedas gurih sebuah sajian cerita.

Oh ya, dan jadilah peramu cerita yang mampu mengobati dahaga setiap konsumen yang menikmati atau hanya sekadar melihat-lihat sajianmu. Rendah hatilah pada mereka, tapi jangan sampai rendah diri. Sebab, kualitas dirimu ditentukan berdasarkan seberapa mampu kau menguasai dirimu sendiri.

Jangan takut atau minder ketika orang-orang mengatai olahanmu kurang berbobot. Yang harus kau lakukan, justru mengasah kembali keahlianmu pada sebuah bidang yang paling ingin kau tekuni. Letakkan fokus, tujuan, dan mimpi besarmu di dalamnya.

Buatlah seolah-olah kau seorang peracik kata yang mampu bersaing di kancah dunia. Bayangkan dirimu bersanding dengan orang sekelas JK Rowling, Stephanie Mayer, Edgar Allan Poe, atau Ernest Hemmingway sekalipun. Iya, bayangkan saja mereka datang menyalamimu mengucapkan selamat atas masterpiece karyamu yang bersanding dengan karya mereka.

Rasakan sensasi menjadi orang besar yang dikenal dunia. Kemudian benar-benar ciptakan masterpiecemu sendiri. Tapi jangan lupa, untuk selalu merasa rendah hati pada orang lain. Kendalikan dirimu dan design hidupmu sendiri sebagaimana kamu ingin menjadi seseorang seperti apa.

Menurut sebuah buku pengembangan diri yang pernah kubaca, dengan menuliskan setiap impian yang ingin kita raih, setiap tempat yang mungkin ingin kita kunjungi, atau pun setiap orang yang ingin kita kunjungi, maka jika impianmu itu sejalan dengan takdir Tuhan, semesta akan secara ajaib mendukung segala hal yang ingin kamu capai tersebut.


Ketika menjelang lulus smk aku menuliskan beberapa mimpiku. Tertera apa-apa yang ingin kumiliki, tempat yang ingin kukunjungi, dan orang-orang yang ingin kutemui di sana. Bahkan mungkin, lebih dari itu. Kemudian dalam beberapa tahun setelahnya, pelan tapi pasti aku mulai merasakan apa yang kutulis itu benar-benar kualami di dunia nyata. Ya, Tuhan merestuiku untuk bisa merasakan bagaimana manisnya menggenggam impian.

Terima kasih Tuhan..

Lalu, apakah kau akan melakukan hal yang sama? Mungkin bukan sebagai seorang peramu kata. Melainkan yang lain. Tidak apa-apa. Silahkan rancang kehidupanmu sendiri dengan sedemikian rupa. Tuliskan dan jadikan itu sebagai jalan hidup yang akan kau tempuh di kemudian hari.

Trust me, it works!

Monday, August 20, 2018

Aku dan Kenanganku yang Paling Berkesan : #DAFTARODOP6

Pas jaman kerja trus lagi liburan ceritanya.
 


Saat itu bulan April setelah Ujian Nasional berakhir. Bayangan tentang hari wisuda dan kelulusan sudah tergambar jelas di benakku. Saat dimana aku berkaca-kaca sambil mengucapkan salam perpisahan pada sekolah ini, pada teman-teman serta guru-guruku. Pada setiap sudut gedung sekolah yang pernah kusinggahi. Pada meja kursi kelas yang menjadi saksi bisu perjuanganku selama 3 tahun di sekolah ini. Ah, rasanya baru kemarin aku datang sebagai seorang siswa baru

Menghabiskan hari-hari terakhir sebelum akhirnya hari kelulusan itu tiba, aku mulai bergerak di dunia maya untuk mencari peluang penghasilan. Beruntung, pencarianku berujung memuaskan. Aku menemukan salah seorang distributor buku-buku ber-niche bisnis, yang sedang mencari reseller atau bagian penjualan untuk bisnisnya. Karena memang benar-benar baru dalam bisnis online, maka sebelum memutuskan mendaftar aku mencari beberapa referensi artikel di google tentang tugas-tugas seorang reseller ini. Hingga akhirnya, kuputuskan untuk mantap mendaftarkan diri.

Beberapa minggu berjalan, aku benar-benar belajar hal baru dari kegiatan jual beli di dunia maya. Baru satu dua orang tertarik untuk bertanya-tanya tentang produk yang kujual. Tentang apa manfaat yang akan mereka dapatkan jika membeli produk tersebut. Lantas, berdasarkan kemampuan yang kuperoleh dari atasanku, aku melayani calon-calon pelanggan itu dengan sabar. Ya, seperti berjualan konvensional pada umumnya, para pelapak online, apalagi sekelas pemula seperti diriku saat itu, pernah mengalami penolakan, cibiran, dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya yang berujung baper.

Namun untuk menjadi seorang yang besar, aku tentu saja tidak ingin terbawa dalam perasaan-perasaan yang justru menyiksaku sendiri. Makanya, sebisa mungkin aku menepis segala sakit hati yang sempat kurasakan. Mencoba melatih diri untuk menjadi kuat. Karena aku percaya, bahwa tangga kesuksesan itu hanya akan dipijak oleh orang-orang yang mau berjuang pada keadaan apapun dalam hidupnya. Ya, bahkan dalam keadaan paling nadir sekalipun.

Sejak saat itu, aku mulai belajar dengan sungguh-sungguh. Mencerap berbagai informasi penting yang dibagikan oleh atasanku. Kadang, juga turut membaca beberapa literatur tentang online shopping di internet. Hingga akhirnya, aku menemukan sebuah kutipan yang masih begitu lekat hingga kini. Kutipan itu berbunyi, “Kapasitas diri berbanding lurus dengan daya tampung rezeki,”. Yang bermakna kurang lebih, bahwa dengan kita selalu meningkatkan kemampuan diri sendiri pada niche atau spesifikasi tertentu yang ingin kita kuasai, maka daya tampung terhadap rezeki itu sendiri akan semakin besar.

Intinya, memantaskan diri untuk menjadi seseorang yang memang layak diberi kelebihan oleh Allah, memang sangat penting adanya. Sebenarnya, hal ini tidak hanya berlaku dalam hal materi saja. Melainkan mencakup segala hal. Dan salah satu cara yang kulakukan adalah dengan banyak belajar dan meningkatkan kapasitas diriku untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari diriku yang sebelumnya.

Namun profesi sebagai reseller online itu tidak bertahan lama. Karena, ada kejadian lebih memilukan daripada sekadar ditolak atau dihujat oleh calon pembeli. Yakni, ketika aku merasa sudah semakin dekat dengan mimpiku untuk berkuliah di sebuah universitas kenamaan di Semarang, sedangkan orang tuaku terutama ibuku sendiri justru menyuruhku untuk bekerja terlebih dahulu. Sebenarnya, permintaannya ini bukan tanpa alasan. Karena pada dasarnya, beliau sudah tidak sanggup jika harus membiayaiku berkuliah, apalagi di tempat yang jauh dari jangkauan tempat tinggal kami, dan tidak ada satupun saudara yang dikenal.

Lengkap sudah rasa sedihku kala itu. Jika kuceritakan bagaimana suka dan duka selama menjalani hari-hari penuh bebandan tekanan itu, kurasa akan menghasilkan berlembar-lembar halaman buku hingga berwujud sebuah novel autobiografi. Hahaha.

#DAFTARODOP6