Sunday, December 2, 2018

Wawancara 1 : Urgensi Quarter Life Crisis dalam Perspektif Mahasiswa Usia 20-an

Sumber : The Daily Star


Berbicara tentang Quarter Life Crisis, nampaknya istilah itu masih asing terdengar di telinga sebagian besar dari kita. Lalu, apa sebenarnya definisi Quarter Life Crisis itu sendiri?

Secara sederhana, istilah Quarter Life Crisis adalah suatu istilah dalam Bahasa Inggris. Merupakan suatu krisis diri yang biasanya diderita oleh mereka yang berada dalam kisaran usia 25-an ke bawah. Tak jarang, para remaja yang menjelang dewasa seperti usia 20-an juga sudah mulai terjangkit penyakit ini. Namun pada umumnya, penderita Quarter Life Crisis kebanyakan adalah mereka yang berusia 25-an. Quarter Life Crisis bisa juga disebut dengan krisis seperempat abad, sesuai dengan terjemahan maknanya dalam Bahasa Indonesia.

Pada sebuah kesempatan, penulis berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan seorang narasumber yang merupakan teman penulis sendiri ketika SMK. Namanya Devi Noviyati, seorang mahasiswi Semester 5 jurusan PGMI di Universitas Negeri Semarang. Topik wawancara yang diangkat juga merupakan pertanyaan-pertanyaan seputar Quarter life Crisis. Berikut adalah hasil wawancara dengan narasumber.

Pewawancara : Halo, Dev. Assalamualaikum, apa kabar?
Narasumber : Waalaikumussalam, Ris. Kabar baik. Kamu gimana?

Pewawancara : Alhamdulillah, aku juga baik, Dev. Oh ya, aku pengen wawancara kamu, dong. Boleh, ya?
Narasumber : Temanya tentang apa, Ris? Silakan.

Pewawancara : Tentang Quarter Life Crisis. Apakah sebelum ini kamu pernah mendengarnya?
Narasumber : Pernah, Ris. Setahuku, Quarter Life Crisis ini bisa juga dikatakan sebagai krisis dalam pencarian jati diri, ya. Jadi kan jati diri itu merupakan ekspresi batin mengenai peran kita di dunia ini. Maksudnya, jati diri itu berisi tentang apa-apa yang seharusnya kita lakukan, apa tujuan kia, dan mungkin tentang bagaimana atau dengan cara apa kita akan mencapai tujuan-tujuan itu. Nah, krisis jati diri bisa juga diartikan dengan seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang dirinya, tujuan hidup, serta apa dan bagaimana langkah yang harus ia tempuh untuk menjalani kehidupan ini.

Pewawancara : Wah, mantap jawabannya keren banget, Dev. Oh ya,lalu kenapa sih, kamu atau kita itu harus bisa mengontrol atau menguasai diri sendiri ketika berhadapan dengan atau sedang berada di tengah-tengah banyak orang?
Narasumber : Jadi, menurutku penguasaan diri atau kontrol diri itu penting banget buat bisa dikuasai setiap kita, Ris. Urgensi dari penguasaan diri atau yang selanjutnya kita sebut dengan self control, adalah karena landasan atau prinsip masing-masing orang yang berbeda-beda. Kita tidak bisa dan tidak boleh memaksakan kehendak diri kita pribadi agar mereka sepakat dengan pandangan kita. Namun, jika mungkin self control kita belum baik, lalu kita justru banyak memaksakan kehendak kepada orang lain, maka bisa jadi perselisihan, bentrok, ketidaksepahaman akan terjadi, dan justru malah merugikan diri kita sendiri. Jadi, mengetahui akar permasalahan sedari awal, kemudian menyadari kemampuan sekaligus kekurangan diri dalam hal ini sangatlah perlu untuk kita miliki.

Pewawancara : Wow! Aku setuju juga sama kamu, Dev. Soalnya, mungkin masih sedikit orang di luar sana yang berpikir hal-hal kecil semacam menguasai diri atau self control itu nggak terlalu penting. Jadi, di sini aku dapat pencerahan dari pemaparanmu. By the way, berangkat dari permasalahan tadi, kira-kira kapan kamu merasa sudah cukup dewasa dalam menyikapi suatu permasalahan?
Narasumber : Hmm.. Udah mulai spesifik, ya Ris? Hehe. Mungkin, bagiku nggak ada waktu khusus. Melainkan, kedewasaan itu muncul pada saat-saat tertentu, dalam situasi yang juga tertentu. Aku pribadi merasa aku sudah cukup dewasa ketika mampu menepis egoisme pribadi demi kebahagiaan orang lain. Semisal dengan membiarkan dia bersama orang lain yang lebih dia cintai mungkin. Hahaha.

Pewawancara : Hahaha. Waduh, waduh, waduh. Jangan baper duluan ya, Dev. Tenang aja, masih banyak kok yang nanti ngantri mau meminangmu. Eaak. Nah, sejauh ini siapa sih tokoh atau orang yang memotivasi dirimu?
Narasumber : Hehe, yang pasti orang tua dong, Ris. They are the best for me pokoknya. Nggak ada tandingannya sampai saat ini, dan mungkin sampai kapanpun.

Pewawancara : Bener banget, Dev. Orang tua ibarat kata malaikat tanpa sayap bagi hidup kita. Karena merekalah kita ada. Hiks, jadi terharu nih, Dev. Oh iya, masih terakhir nih, Dev. Gimana, sih cara kamu pribadi untuk menyikapi permasalahan ketika berada pada usia 20an ke atas yang masih rentan stress, labil, dan lain sebagainya? Mungkin kamu bisa nyebutin tips triknya, nih buat kita. Hehe.
Narasumber : Kalau ditanya tentang cara, mungkin setiap orang beda-beda ya, dalam menyikapi atau menjalankannya. Tapi bagiku pribadi, beberapa cara ini terbukti ampuh untuk mengatasi stress atau ketidakstabilan emosi yang mungkin pernah kualami. Misal permasalahannya banyak banget deadline yang harus dikerjakan dengan segera, padahal udah jenuh banget di kamar gara-gara ngerjain tugas terus. Kalo aku misal rasanya kepala udah mau pecah, yaudah sih tinggalin dulu semua beban, trus keluar gitu jalan-jalan. Lihat langit kek, awan kek, yang penting keluar buat sekadar cari angin segar biar pikiran nggak suntuk di tugas mulu. Misal juga bisa cuci mata di tempat-tempat wisata atau tempat umum yang sering ramai orang, dan lain sebagainya. tapi kalau buat ngatasin emosi yang kurang stabil, aku biasaya banyak-banyak istighfar sama allah, mohon ampun kalau mungkin ada dosa yang kulakukan di hari itu. memperbanyak baca atau denger sholawat, murotal, atau musik religi yang bisa ngademin lagi emosi yang sedang tinggi. insyaAllah, kalau niatnya baik pasti hasilnya bakalan baik.

Pewawancara : Mantap banget lah, Dev. Makasih banyak atas jawaban-jawabannya, sangat bermanfaat banget. Terima kasih juga atas waktunya, dan mau berkenan untuk jawabin pertanyaan-pertanyaanku. Lain kali, mungkin bisa lagi, ya. Hehe. Wassalamualaikum.
Narasumber : Sama-sama, Ris. Aku juga seneng kok bisa bantuin. Aamiin, semoga bisa bermanfaat buat banyak orang, ya. Waalaikumussalam.

#NonFiksi
#ODOPBatch6

0 comments:

Post a Comment