Friday, September 28, 2018

Cerbung : Titik Nol

Syth belum juga beranjak dari meja kerjanya. Sejak bada Subuh sampai menjelang Ashar ini, ia hampir tak bergerak sesentipun dari gambar calon bangunan yang menjadi proyek terbarunya itu. Padahal, adzan Zhuhur sudah berkumandang sejak tadi dan berlalu beberapa jam hingga detik ini.
Beberapa kali ibunya mengetuk pintu ruang kerjanya yang terkunci, disertai teriakan "Sholat Dzuhur dulu Syth. Lanjutkan pekerjaanmu setelah sholat!" sebanyak beberapa kali. Tapi, sesekali hanya dijawab singkat "Iya bu!" Atau bahkan sekadar gumaman "Hmm.." agak keras.

Sudah setahun semenjak Syth dinyatakan lulus dari Fakultas Teknik di Institut Teknologi Bandung. Dan selama itu pula, ia sudah menghasilkan berjuta-juta rupiah dari proyek-proyek pembangunan yang ia kerjakan. Karirnya menanjak pesat dalam waktu yang singkat.

Ya, selepas wisuda, ada salah seorang investor yang amat menyukai skripsi Syth dan hasil kerjanya. Sehingga, hubungan kerja sama mereka pun terjalin sampai hari ini. Baru tahun pertama berjalan, namun sudah banyak koleksi mainan-mainan mahal yang terpajang di meja belajarnya.

Menurut hitung-hitungan kesuksesan duniawi, Syth boleh dikatakan telah lulus standar kelayakan. Bahkan mungkin lebih dari itu.

Tapi, itu semua nyatanta tidak membuat ibunya bahagia. Karena semenjak dunia dalam genggaman Syth, ia melupakan statusnya sebagai seorang hamba. Ia mulai jarang sholat, atau sholat tapi di akhir waktu, atau sholat, tapi buru-buru. Jarang tersenyum dan menyapa ibunya, kecuali saat sedang membutuhkannya. Dan lainnya. Syth berubah 180 derajat karena dunia yang Tuhan berikan kepadanya.

Di dalam do'a pada tiap sepertiga malam, ibu Syth menumpahkan segala kegundahan tentang anak semata wayangnya itu kepada Rabbnya. Ia curahkan segala kesedihan hanya kepada Rabbnya. Sambil meraung, memohon, agar kelak Rabb mau mengembalikan anaknya ke jalan yang seharusnya.

Hingga pada suatu ketika, segerombolan orang mendatangi rumah Syth dan ibunya. Dengan tampang sangar mereka, mengobrak-abrik seisi perabot rumah tanpa ampun, tanpa basa basi sedikitpun.

"Dimana anakmu duhai wanita tua?" Kata salah seorang bermata besar di antara mereka.

Ibu Syth yang ketakutan, sejak tadi hanya bisa menangis dan gemetaran tubuhnya. Ia terduduk di lantai, sukar untuk bangkit.

"Dia... dia.. d-dia t-tidak ada di sini.." ucapnya kepayahan.

"BOHONG!" Kata si mata besar tak percaya.

"Tunjukkan di mana ruang kerjanya! Atau rumah ini akan ku bakar!" Kata yang lain tak kalah garang.

Ibu Syth yang ketakutan masih saja menangis, menundukkan kepalanya, sambil bergumam lirih, "A-aku.. a-ku tidak tahu.."

"Omong kosong! Ayo kita bakar saja rumah ini!"

To Be Continued

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

PROSA : Sebuah Kontemplasi



Sadar gak sih? Sebenernya kita itu sedang berada di zaman apa? Iya zaman modern. Zaman serba canggih. Tapi, apalah arti kecanggihan itu kalo kitanya justru diperbudak atau disetir olehnya bukan kita yang menyetirnya.

Sadar gak? Kalo hari ini tuh kita lagi diperangi. Tapi musuh kita meranginnya dengan cara yang bahkan nggak seperti ngajak perang. Melainkan menyamar seperti sahabat, tapi diam-diam muncul sebagai serigala berbulu domba. Musuh dalam selimut. Nusuk gitu aja.

Iya, kita kebanyakan dibuat nggak sadar dengan fenomena apa yang terjadi pada hari ini.

Ambil contoh kecil deh. Tayangan TV misalnya. Ambil yg lebih spesifik lagi, misal tayangan tv menjelang maghrib, maghrib, setelah maghrib - tengah malam.

Acara apa yang kebanyakan menghiasi layar kaca setiap tv nasional? Sinetron? Reality show? Gosip? Dunia hiburan? Tapi untuk apa semua itu? Untuk apa acara-acara tsb dibuat?

Untuk mengalihkan isu-isu yg mungkin sedang terjadi dikancah politik, dikancah dunia, bahkan kancah agama.

Kita selaku masyarakat awam hanya diminta untuk seolah-olah berbahagia dan aman-aman aja dengan acara-acara nggak penting yang tersiar di tv kita.

Coba saya tanya. Sinetron misalnya. Apa pentingnya sinetron buat kehidupan kita? Hiburan kah? Ada nilai tersendiri kah? Gini ya, menurutku kalo kita sekadar mau nyari hiburan itu biasanya sesekali waktu aja. Bukannya tiap hari. Lantas menjadi candu yang justru membuat fokus hidup kita oleng gara-gara jalan cerita yg ada di sebuah sinetron.

Ya, kadang dalam kehidupan nyata pun kita justru terus-terusan membicarakan bagaimana kelanjutan / kelangsungan hidup para pelakon dari cerita buatan yg terdapat di sebuah sinetron. Lantas, lupa pada permasalahan hidup kita sendiri yg seharusnya masih banyak yg harus kita benahi. Dan mungkin, dari situ kita diminta untuk tidak peduli terhadap kemungkinan-kemungkinan waspada terhadap kasus-kasus yg terjadi di pemerintahan atau dunia.

Bagi mereka (yg punya kuasa), mungkin kita yg rakyat biasa ini tak penting adanya. Makanya, kita disuruh gak usah tau. Karena kalau sekali kita tahu dan ikut campur, maka yang ada nantinya, para oknum yang ada di pemerintahan itu takkan lagi punya wewenang untuk mengeruk kekayaan rakyat.

Kawan, sebenarnya sebagai warga negara apalagi pemuda pemudi calon penerus perjuangan bangsa, kita itu seharusnya punya andil yang nggak kalah penting buat negeri kita tercinta. Walaupun, mungkin hari ini kita masih belum melakukan langkah yang begitu berdampak untuk masyarakat sekitar, atau bahkan diri kita sendiri. Tapi, dengan memiliki niat dan visi yang kuat untuk perubahan besar, disertai do'a yang tiada putus, percaya aja deh. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Entah kapan, suatu hari nanti. Pasti satu persatu apa yang kita impikan akan terwujud. Asal, ada aksi nyata yang kita mulai langkahkan dari sekarang. So? Tanya dirimu sendiri, apa mimpi besarmu, apa langkah pertamamu?

PROSA : How To Be A Hijra People


Dewasa ini, fenomena hijrah kian menjamur di kalangan masyarakat luas, utamanya para pemuda. Hijrah seakan menjadi trend, dan perlahan bermetamorfosa menjelma gaya hidup yang dilakukan oleh orang-orang yang terpanggil hatinya untuk kembali ke jalan Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hijrah memiliki beberapa makna.

Pertama, hijrah merupakan perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya, dari Mekkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy Mekkah.

Kedua, hijrah memiliki arti berpindah atau menyingkir sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu.

Ketiga, hijrah adalah perubahan sikap, tingkah laku, dan lainnya ke arah yang lebih baik.

Namun, kesimpulan paling tepat yang dapat kita ambil untuk pemaknaan zaman sekarang adalah makna hijrah yang ketiga. Yaitu perubahan sikap, tingkah laku, dan lainnya ke arah yang lebih baik.

Nah, setelah mengetahui apa makna hijrah itu, lantas bagaimana caranya untuk menjadi seseorang yang berhijrah? Dari mana kita harus mulai menghijrahkan diri kita? Berikut adalah pemaparan beberapa poin mendasar yang bisa dijadikan referensi untuk diri kita mulai berhijrah.

1.      Niat semata-mata karena Allah SWT
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).

2.      Perbanyak Mencari Ilmu dan Sahabat Shalih
Imam Ghazali berkata: “Ilmu tanpa amal adalah gila. Dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan sesuatu yang tidak akan berlaku dan sia- sia”.

Ilmu sangatlah penting di dalam Islam. Karena melakukan amalan tanpa ilmu, bisa menjadi salah satu penyebab amalan kita tidak diterima disisi Allah SWT.

Sedangkan Umar bin Khathab radhiallahu anhu mengatakan: “Tidaklah aku mendapat nikmat yang lebih baik dari nikmat keislamanku, selain nikmat memiliki saudara (sesama muslim) yang shalih. Jika kalian mendapatkan hangatnya persahabatan dari saudaramu sesama muslim, maka peganglah erat-erat hal itu”.

Memperbanyak sahabat yang shalih pun sangat dianjurkan dalam Islam. Karena sahabat-sahabat yang shalih itu memiliki syafaat di yaumil hisab nantinya.

3.      Istiqomah Adalah Kunci
Goals, atau tujuan akhir dari berhijrah di jalan Allah adalah ke-Istiqomahan. Apa itu istiqomah? Secara garis besar, istiqomah berarti melakukan suatu perbuatan secara terus menerus dan konsisten. Dalam hal ini, hijrah itu harus dilakukan secara konsisten selama nafas masih di kandung badan.

Meskipun, kadang orang-orang yang berhijrah itu masih sering dihinggapi perasaan futur (rasa malas, enggan dalam melakukan kebaikan) dalam beribadah atau menuntut ilmu. Namun istiqomah adalah kunci. Untuk kita bisa bangkit lagi dan menjalankan syariat Islam seperti sebagaimana mestinya. Maka dari itu, belajar dan menjaga istiqomah sangatlah perlu kita bina dalam sanubari hingga ajal menjemput nanti.

Dengan melakukan 3 hal di atas, semoga cita cita kita menjadi hijrah people atau seseorang yang benar-benar ingin berhijrah di jalan Allah, akan selalu diridhai Allah ta'ala dan mendapatkan pahala dari sisi-Nya. InsyaAllah.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6