Tuesday, December 15, 2015

Sabtu Malam



Sabtu malam pukul tujuh lebih enam belas menit. Sabtu yang dingin dengan hujan. Sabtu yang gelap karena malam. Sabtu malam yang kelam. Sabtu kedua tanpa percakapan AKU dan KAMU.
Sebenarnya, aku sudah sangat mengantuk sekarang. Padahal baru pukul tujuh. Mungkin karena Matika yang kuperjuangkan pagi tadi, telah banyak menguras energiku untuk malam ini. Untuk bergadang menyelesaikan sesuatu yang pernah ku mulai bersamanya. Sesuatu yang merupakan buah dari pemikirannya. Sesuatu yang masih bersisa dari KITA. Dan yup, ternyata aku menuliskan perihal tentang kamu tanpa ku sadari. Seakan, menulis tentangmu adalah kebiasaan yang kini dengan sangat terpaksa harus ku tinggalkan ketika pada akhirnya aku mulai terbiasa.

Merelakan dalam hubungan yang kau mulai lalu kau usai sendiri ini, bagiku sangat sulit. Cukup sakit jika terus saja kupaksakan. Ingin rasanya aku berhenti saja menjauhimu. Ingin rasanya aku kembali saja berjalan ke arahmu. Kalau perlu aku kan berlari agar cepat sampai. Lalu dengan segala rasa atas nama rindu yang sudah tumpah-tumpah dari wadahnya, aku ingin segera berhambur memelukmu.
Tapi bicara apa aku ini? Masihkah seorang teman perempuan memiliki hak untuk berbicara perihal cinta kepada teman laki-lakinya? Masihkah boleh seorang teman perempuan dengan sangat berharap menginginkan kabar dari teman laki-lakinya? Masihkah tidak apa-apa jika temanmu ini memikirkan dan mengharapkan hal-hal semacam itu?

Karena kehilangan, adalah hal yang paling lama disesap waktu dalam tahap peratapan sakit cinta ini. Dia tak akan bisa menghilang secepat itu dari sebentuk hati yang pernah sama-sama merasakan indahnya cinta. Itu bagi hatiku, sih. Bagaimana hatimu, peduli apa temanmu ini?
Teman. Teman katamu?

Apa ini yang namanya teman: jika bertemu tak saling sapa. Jika dalam satu ruang dan waktu yang sama tak saling tanya. Jika perpisahan ini akhirnya hanya meninggalkan berkas-berkas kebencian antara kita. Teman katamu? Jika semua yang pernah kita bangun bersama harus berakhir senista ini.
Teman adalah seorang sahabat, kawan, seseorang yang ada disaat orang lain membutuhkannya. Pun sebaliknya. Teman merupakan hubungan mutualisme dari dua orang atau lebih yang saling memiliki keterikatan emosional.

Jika aku benar seseorang yang kau anggap temanmu, biarkan aku berekspresi. Karena seorang teman selalu mendukung temannya, bukan? Karena seorang teman tidak mungkin dengan tega meninggalkan temannya disaat tersulitnya, bukan? Seorang teman itu pendukung, penyemangat. Bukannya acuh tak acuh dan justru penurun mood.

Permintaan terakhirku sebagai seseorang yang pernah mencintaimu adalah: izinkan aku tetap ada dalam hidupmu (bukan hati dan pikiranmu) sebagai orang yang tetap kamu butuhkan. Karena ketahuilah, berlepas diri atasmu tidaklah semudah kelihatannya. Tidak pula sebercanda perasaanmu terhadapku.

Sabtu malam adalah yang paling istimewa, sepertimu. Terimakasih atas segalanya, temanku tersayang.

0 comments:

Post a Comment