Friday, February 8, 2019

Resensi – Pribadi Mulia dalam Balutan Sederhana nan Bersahaja

Dok. Pribadi


Judul Buku : Pribadi Muhammad (Syakhshiyyah al-Rasul)
Penulis : Dr. Nizar Abazhah
Penerjemah : Asy’ari Khatib
Penerbit : Penerbit Zaman, Jakarta
Tahun terbit : Cetakan I, 2013
Jumlah halaman : 386 halaman
ISBN : 978-602-17919-2-9

Ketika saya mencoba berselancar di internet untuk mencari referensi tulisan yang mungkin juga pernah membuat resensi tentang buku Pribadi Muhammad ini, rupanya saya belum menemukan apa yang saya cari. Hanya ada sedikit ulasan dari website penerbitnya yakni Penerbit Zaman, serta ulasan singkat dari Goodreads. Walhasil, resensi ini mudah-mudahan menjadi resensi pertama yang dibuat terkait dengan buku ini. Hehe.

“Sungguh telah ada pada diri Rasulillah itu teladan bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Kutipan dari salah satu ayat Al-Qur’an tersebut menjadi pembuka paling awal dari buku ini. Sesuai judulnya, dalam buku ini dikupas secara mendalam tentang bagaimana kepribadian Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya. Ada tiga tema besar yang dituliskan oleh Dr. Nizar Abazhah dalam buku ini. Yakni tentang Sosok Nabi, Keseharian Nabi, serta Mukjizat Nabi. Ketiga tema besar ini tentu saja memiliki sub-sub tema yang mengandung penjelasan runtut dan mendalam dengan bahasa yang mudah dipahami.



Allah memilih Rasulullah saw. sebagai penutup para nabi dan Dia himpunkan kepadanya sifat-sifat mereka yang mulia: jujur, amanah cerdas hati dan pikiran, senantiasa dalam keadaan sadar, tidak menutup-nutupi, dan terjaga dari kemaksiatan. Rasulullah saw. terhindar dari segala dosa, besar maupun kecil. Melaksanakan semua perintah Allah tanpa sedikit pun melanggarnya. Menjaga diri dari semua larangan-Nya tanpa sekali pun terjerumus ke dalamya. (h.29)

Meskipun telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah adalah sosok yang ummy alias tidak bisa membaca dan menulis, namun Allah telah memilih beliau sebagai utusan-Nya yang terakhir untuk seluruh alam sampai akhir zaman. Jadi, tidak mengherankan bahwa dari diri beliau selalu muncul hal-hal yang membuat kita terkagum-kagum.

Jika marah, beliau berpaling. Jika senang, beliau memejamkan mata. (h.46)

Lantas, jika orang lain merendahkan Rasulullah, beliau balas dengan kebaikan. Semakin direndahkan dan dilecehkan, semakin dibalas dengan kebaikan. Menurut Aisyah istrinya, akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Terlalu banyak penggambaran dalam bentuk kata-kata yang dipaparkan oleh penulis yang seketika membuat pembaca terkagum-kagum dengan sosok karimatik sepanjang zaman ini. Namun demikian, hal itu pun tidak cukup kiranya mengingat begitu mulianya sosok Nabi Muhammad saw. sebagai utusan dan kekasih Allah itu.

Berkaitan dengan sifat tawaduk, Nabi saw. menjadi gambaran utama yang merepresentasikan sifat mulia ini. Beliau benar-benar tampil sebagai ideal akhlak seorang muslim yang berbeda sama sekali dari moral Jahiliyah. Diberi pilihan pangkat antara menjadi nabi yang raja, seperti Nabi Sulaiman, dan menjadi nabi yang sahaya, Rasulullah memilih pangkat kesahayaan. Beliau memilih sedikit dengan dunia agar kelak menghadap Allah dengan tenang dan leluasa. (H.R. Muslim, 188), (h.182)

Dalam berbagai literatur pun berkali-kali dijelaskan bahwa Rasulullah saw. merupakan sosok yang sederhana. Meskipun para sahabat sering menyanjungnya dengan sanjungan-sanjungan yang terhormat lagi mulia, namun beliau justru lebih senang dipanggil sebagai manusia biasa yang lahir dari seorang perempuan yang memakan dendeng. Subhanallah! Betapa sifat tawaduk tanpa rekayasa maupun pencitraan yang tercermin dalam kata-kata serta sikap beliau ini. 

Menjelaskan tentang dirinya, Nabi saw. bersabda, “Aku hanyalah seorang hamba. Aku makan sebagaimana budak lain makan, duduk sebagaimana budak lain duduk.” (Thaqabat Ibn Sa’d, 1/371, Al-Syifa, 1/168), (h.183)



Mungkin, buku ini memanglah tidak selengkap Sirah Nabawiyyah. Karena Dr. Nizar Abazhah pun membuat seri tersendiri bagi karyanya ini. Dalam beberapa paragraph di buku ini pun bertebaran footnote yang menggiring pembaca untuk juga membaca karyanya yang lain seperti Perang Muhammad, Ketika Nabi di Kota, Bilik-Bilik Cinta Muhammad, dan lain-lain.

Pada bagian tentang keseharian nabi pun diungkapkan berbagai macam kebiasaan beliau yang juga hampir sama dengan kebiasaan rang biasa pada umumnya. Seperti halnya penggambaran tentang kesederhanaan rumah beliau, bagaimana posisi maupun cara tidur beliau, alas tidur beliau yang hanya dari selembar tikar tipis yang membuat cap di bagian punggung beliau, dan banyak kesederhanaan lainnya yang mungkin jauh dari para sahabat, apalagi kita umatnya. Meneladani Rasulullah secara keseluruhan rasanya memang tidak mungkin kita lakukan. Karena nafsu yang kita miliki terkadang senantiasa lebih besar daripada ketaatan yang kita miliki.

Nabi membagi harinya untuk ibadah, keluarga, dan manusia. Ini dilakukannya dengan konsistensi yang menakjubkan. Begitu menghadap kepada Allah, beliau menghadap secara total. Jika melakukan sesuatu, beliau tak berhenti sampai tuntas. Tak heran bila tak ada kamus gagal dalam setiap tindakan beliau. (Bathal al-Abthal, 52), (h.278)

Sedangkan pada bagian mukjizat, Dr. Nizar Abazhah membaginya menjadi mukjizat umum yang nabi peroleh ketika periode Makkah serta jenis-jenisnya, dan mukjizat terbesar nan kekal, yakni Al-Qur’an. Mukjizat saat periode Makkah yang pertama adalah Isra’ Mi’raj yang merupakan penghormatan Allah untuk Rasul-Nya. Sedangkan mukjizat yang kedua ialah ketika Rasulullah berhasil lolos dari kepungan kaum kafir Qurays dalam peristiwa hijrah. Nah, untuk mukjizat yang terbesar nan kekal berupa Al-Qur’an itu sendiri, seperti yang kita ketahui bersama sampai saat ini. Bahkan, jarak masa hidup nabi dengan kita saja mungkin lebih dari 1400 tahun. Namun, apa yang tertulis dalam mukjizat itu tidak pernah sedikitpun bertambah, berkurang, maupun hilang. Bahkan mukjizat tersebut banyak sekali yang menyimpannya dalam bentuk mushaf berjalan yang senantiasa menghiasi dada para penghafalnya, untuk memberkahi kehidupannya dan alam semesta.

Buku Pribadi Muhammad ini memang sudah tak dapat diragukan lagi kualitasnya. Dari sisi bahasa terjemahannya saja, mudah dimengerti oleh pembaca yang awam sekali pun. Bahkan, ulasan ini kiranya tidak cukup untuk menggambarkan semuanya. Maka dari itu, saya pribadi sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca karena bahasanya yang ringan, dan halamannya yang tidak terlalu tebal sebagaimana Sirah Nabawiyyah. Namun, alangkah baiknya setelah selesai menamatkan buku biografi Rasulullah  saw. ini juga turut menyambungnya dengan seri lain tentang tulisan-tulisan yang membahas biografi Rasulullah. Karena, barangsiapa yang mengenal nabinya, InsyaAllah ia akan dekat dengan Tuhannya.


15 comments:

  1. Bisa jadi wishlist buku selanjutnya nih yang kudu dibaca

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap mb. Loncatan sebelum baca Sirah Nabawiyyah juga hehe

      Delete
  2. Bagus banget bukunya. Nabi Muhammad memang Al-Quran berjalan banget ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, keren banget. Apalagi buku ini ternyata berseri dari penulis yg sama

      Delete
  3. Selalu suka dengan semua buku yang isinya tentang Rasulullah. Terima kasih resensinya Mba. Jadi menambah daftar list buku yang harus dibaca. Bagus soalnya.

    ReplyDelete
  4. Ya Allah aku rindu sosok Rasulullah. Suka dengan semua tentang Rasul. Bahkan aku pernah nangis haru saat baca kisah Rasul. Terutama buku detik-detik wafatnya beliau. Semoga kita semua bisa bertemu Rasulullah kelak di akhirat. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mb 😭 beliau adalah sosok paling mulia yg pernah hidup di bumi. Aamiin Ya Rabb untuk doanya

      Delete
  5. Selalu menyenangkan membaca kisah rasullullah..😍

    ReplyDelete
  6. Keren bukunya mbak Risma, resensinya juga sama keren bgt

    ReplyDelete
  7. Emang cerita Nabi Muhammad gak bakal ada habisnya

    ReplyDelete