Sunday, December 2, 2018

Wawancara 2 : Self Healing, Self Controlling

Sumber : consciouslifestylemag.com



Self healing merupakan istilah dalam Bahasa Inggris yang dapat diartikan secara leterlek dengan “Penyembuhan diri sendiri”.  Namun demikian, istilah self healing kali ini ditujukan pada luka-luka batin yang sempat menggores atau menyayat hati. Jadi, bukan sebuah luka fisik yang dapat dilihat dengan panca indera. Metode self healing dapat dilakukan oleh seseorang yang sedang menyimpan luka batin sedemikian dalam. Selain itu, cara ini juga bisa bermanfaat untuk menyelesaikaan masalai-masalah yang belum terselesaikan dalam kehidupan, yang berdampak pada kelelahan emosi seseorang.

Sedangkan self controlling adalah upaya diri untuk tetap waras dalam berbagai situasi dan kondisi. Kemampuan mengontrol dan menguasai diri sendiri dapat disebut juga sebagai softskill yang selayaknya wajib untuk dimiliki setiap kita.

Dalam wawancara kali ini, penulis berkesempatan untuk mewawancarai narasumber yang memiliki latar belakang di dunia pertanian, tapi passionate dalam tulis menulis. Kami saling dipertemukan kemudian mengenal satu sama lain dari sebuah grup kepenulisan via Whatsapp sejak tahun 2017 lalu. Meskipun demikian, kami pernah sekali bertemu dalam acara Kampung Ramadhan yang diselenggarakan di Bakorwil Magelang. Namanya Nur Hidayah, lulusan Fakultas Pertanian dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Pernah bekerja di sebuah perusahaan pembuatan berita, lantas sekarang menjadi karyawan tetap di salah satu kantor berbasis teknologi dan pertanian di Yogyakarta.

Berikut isi wawancaranya yang berhasil penulis rangkum dalam sebuah catatan.

Pewawancara : Assalamualaikum Mbak Hid, boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara?
Narasumber : Ya, Dek Ris. Boleh aja. Mau wawancara tentang apa, nih?

Pewawancara : Jadi gini mbak, langsung aja deh ya. Emm, Mbak Hid pernah denger istilah self healing belum? Tapi konteksnya bukan ke penyakit fisik, lho ya. Lebih ke penyakit hati kayak misal iri, dengki, cemburu, dan lain sebagainya.
Narasumber : Emm, salah satu cara yang berhasil kupraktekkan mungkin menjaga jarak dulu sama orang yang bersangkutan. Maksudku, biasanya kan luka-luka hati atau perasaan sakit itu ditimbulkan oleh orang lain, kan. Jadi, mungkin lebih kepada menghindar dulu dari orangnya. Kalau misalkan sakit banget, ya mau nggak mau ngelakuin sampe yang ekstrim, misal sampe nge-mute story WA-nya atau blokir sosmednya, dan lain sebagainya. 

Pewawancara : Wah, bisa sampe gitu ya, mbak? Mungkin hal-hal semacam itu bisa terjadi karena sebagai manusia kita memang diciptakan tidak sempurna, ya. Jadi, sisi kemanusiawian kita seolah mendominasi ketika emosi menguras rasa. Hehe. Tapi di saat-saat seperti itu, apakah Mbak Hida tetap bisa mempertahankan self controlling sama orangnya?
Narasumber : Hehe, ya gitu sih, Dek Ris. Namanya juga manusia, kan. Kalau aku misal lagi jauh gitu, hal yang kulakukan adalah menata hati sembari menyembuhkannya pelan-pelan. Berpikir, kalau misal kupupuk terus perasaan mengganjal itu, malahan aku yang sakit dan rugi terus. Jadinya malah imbasnya ke diriku juga, sih. Jadi, insyaAllah kalau lagi jauh mah tetep bisa ngontrol. Tapi kalau lagi dekat, ya diusahakan juga sih. Hehe.

Pewawancara : Makin menarik nih, mbak topik pembicaraannya. Tapi, adakah cara lain yang Mbak Hid lakukan untuk menghibur diri?
Narasumber : Kalau aku, sih sering-sering ke kajian aja, Dek Ris. Itu ngaruh banget buat aku. Karena dari kajian itu aku bisa merenung, melepas sesak di hati. Bisaan, kalau butuh nangis, yaudah habisin semua pas selesai sholat. Tumpahkan semua rasa ke Allah, minta buat direngkuh hatinya, biar nggak terus memendam dendam yang sedemikian dalam. Nah, kalau udah agak baikan, walaupun semua perlakuan atau perkataan yang menyakitkan itu nggak bisa ditarik ulang, setidaknya aku bisa terlihat baik-baik saja di depan seseorang yang pernah menyakitiku itu.

Pewawancara : Subhanallah, Mbak Hid. Aku jadi terharu, nih dengernya. Hehe. Pokoknya bener-bener berjuang buat bisa memiliki hati sebening kristal, ya. Hehe. Oh ya, terakhir nih, apakah ada tips buat kita semua untuk bisa terus latihan memiliki hati yang baik? Tentunya dengan pemahaman self healing dan self controlling yang baik dan benar.
Narasumber : Hmm, apa, ya? Tipsnya sederhana aja, sih mungkin. Semua yang telah terjadi dalam hidup kita ini, sejatinya udah ada di Lauhul Mahfudz sana, bahkan sebelum penciptaan alam semesta, manusia, dan lainnya ada. Jadi, apa yang kita dapatkan hari ini harus senantiasa diterima, dan dijalani dengan penuh keikhlasan.

Pewawancara : MaasyaAllah, keren keren. Terima kasih banyak pokoknya buat semua jawaban serta wejangannya, Mbak Hid. Sangat bermanfaat untuk membantu para remaja atau remaja yang sedang menunggu dewasa agar bisa memiliki sikap yang baik dalam menghadapi sebuah masalah. Sip, sip semoga menjadi ilmu yang bermanfaat yang nantinya akan berbalik juga manfaatnya sama Mbak Hida. Aamiin. Wassalamualaikum.
Narasumber : Aamiin Ya Rabbal Alamin, makasih banyak do’anya Dek Ris. Do’a baik kembali kepada yang mendoakan, insyaallah. Terima kasih kembali. Waalaikumussalam.


#NonFiksi
#ODOPBatch6

0 comments:

Post a Comment