Friday, July 10, 2015

Smile With A Fake



Raut muka bahagia, dengan fake smile.

Mungkin aku harus menampakkan raut muka kayak begini kalo ketemu orang itu. Ya, pura-pura bahagia di depannya dengan senyum palsu.

Senyum palsu yang ku maksudkan bahwa aku turut bahagia dengan kebahagiaannya saat ini.
Mungkin terbaca dan terdengar konyol. Tapi memang inilah yang terjadi. Aku bahkan selalu terlihat bodoh dan konyol di matanya.

Kuucapkan selamat atas kembalinya perempuan yang sangat kau cintai kedua setelah ibumu itu. Aku turut bahagia mendengarnya. Cih.

Dalam layar monitorku, aku membaca kebahagiaanmu yang kau tulis di suatu tempat yang dapat ku baca setiap hari. Aku merasakaan kebahagiaanmu saat itu juga. Ku akui, kamu memang seorang yang pandai merangkai kata, terutama untuk membuat orang tertawa.

Semakin hari aku membaca tulisan-tulisanmu, aku selalu melihat perkembangan yang cukup lumayan di sana. Meski kurasa ada banyak typo atau EYD yang kurang tepat, tapi kau berhasil menciptakan sebuah rekahan senyum di bibir ini. Ya, tanpa sadar aku tertawa saat membacanya. Kurasa, kau telah menemukan gayamu dalam menulis. Dan kau berhasil membuat semua orang tanpa sadar larut dalam tulisan-tulisan itu, dalam kehidupanmu.

Perasaanku. Perasaanku lagi-lagi terlalu lunak padamu. Seperti yang kau tahu, aku memang payah. Aku lemah terhadapmu. Aku bahkan bingung dengan diriku sendiri. Pun dengan hati dan pikiranku. Aku tak bisa mengendalikan mereka sesuai perintah otakku. Mereka selalu saja berbuat seenaknya. Dan sialnya, aku tak dapat mencegahnya.

Dasar payah!


You can fake your smile, but you can't fake your feelings.

0 comments:

Post a Comment