Tuesday, July 10, 2018

Keputusan Prematur?

Febri - Aku - Amara


2 bulan yang lalu, tepatnya tanggal 18 Mei 2018. Aku resmi berhenti dari pabrik tempatku bekerja. Ya, aku resign atau mengundurkan diri secara baik-baik dari Hitachi Electronics Product Malaysia Berhad.

Bukan tanpa alasan aku berhenti. Tidak mungkin juga sebenarnya jika harus menyia-nyiakan begitu saja gaji setara PNS di negeri sendiri. Namun, demi mengejar cita-cita serta mengikuti naluri hati dan jiwa. Aku rela meninggalkan semua kenyamanan di negara tetangga.

Jujur, bisa kukatakan bahwa keputusanku untuk mengundurkan diri hanya bermodal nekad, keyakinan, serta riap-riap do'a yang bahkan kadang lupa untuk kupanjatkan. Namun, entah bagaimana Allah melancarkan segalanya.

Langkah kakiku dituntun-Nya untuk melangkah saja tanpa ragu. Haha. Mengingat bagaimana hatiku berdebar tak karuan ketika menyampaikan gagasan untuk berhenti bekerja, sebelum habis kontrak pada HRD. Bagaimana saat aku menulis surat pengunduran diri tanpa sepengetahuan teman-teman sekamarku. Bagaimana aku memberikannya dengan wajah pias pada HRD. Bagaimana saat akhirnya mereka menyetujui keinginanku dengan beberapa syarat yang harus kupenuhi.

Bagaimana saat aku sendirian mendorong-dorong trolly di bandara. Bagaimana saat ternyata aku kelebihan bagasi dan harus membayar biaya tambahan yang lumayan. Bagaimana saat aku menjejakkan kaki kembali ke tanah air.

Bagaimana saat aku dan bapak menerobos hujan demi bisa melihat lokasi ujian. Bagaimana saat aku ciut nyali di ruang ujian, yang kemungkinan sebagian besar dari mereka adalah fresh graduate, lulusan pesantren, dan lain sebagainya. Sedangkan aku hanya seorang lulusan smk, itu pun sudah 2 tahun yang lalu.

Ya, semua momen itu kembali terputar di kepalaku bagaikan film layar lebar yang kini ditonton banyak orang.

Dan hari ini, aku hanya tidak menyangka bahwa akhirnya Allah mengabulkan riap-riap do'aku dengan cara yang berbeda.

Alhamdulillah

Memang bukan Semarang, Jakarta, Yogyakarta, apalagi Bandung. Tempat-tempat yang sebenarnya ingin kutinggali untuk perjalanan kehidupanku selanjutnya. Namun, Allah tetap mengabulkan karena menggantinya dengan Salatiga. Ya, tempat yang juga asing dan belum pernah kukunjungi sebelumnya.

Tidak mengapa. Mudah-mudahan, ini adalah awal dari perjuanganku yang sempat tertunda 2 tahun yang lalu. Tidak ke Sastra Inggris Semarang, Alhamdulillah ke Sastra Arab Salatiga. Hehe.

Aku tidak tahu ini berlebihan atau tidak. Hanya saja, aku merasa sangat bersyukur kepada Allah telah diberi kesempatan ini.
Memang kuakui. Bukan aku yang hebat. Tapi Allah-lah yang Maha Baik.

Alhamdulillah sekali lagi. Ini masihlah awal dari segala perjuangan yang kucita-citakan itu. Aku baru sampai di pintu gerbang yang terbuka. Belum sampai melangkahkan kaki ke dalam untuk melihat-lihat. Apalagi sampai tinggal dan menetap. Belum. Ini masih hanya soal waktu.

Bismillah. Dengan menyebut nama Allah, semoga Dia memberkahi langkah-langkah selanjutnya. Karena jika memang jalanku telah Ia tetapkan untuk memperjuangkan sesuatu yang Allah ridhai, insyaAllah semuanya akan menjadi mudah.

Pun, terima kasih setulus-tulusnya kepada teman-teman yang sudah mendoakan kebaikan untukku. Semoga, kelak Allah membalasnya dengan berlipat ganda, insyaAllah.



📝rismariesttt


0 comments:

Post a Comment