Monday, July 16, 2018

Bunga Bulan Maret



Sebuket bunga itu telah kuterima. Kata Mang Ujang, seseorang tadi mengantarnya ketika hujan turun sangat lebat. Ketika kutanya siapa nama pengirimnya, ia hanya diam dan tersenyum, menggeleng pelan. Hanya ada ucapan "terima kasih" dengan emoticon senyum yang menjadi identitas si pengirim di buket bunga itu.

Entahlah. Aku pun bingung. Perasaanku mengatakan, bahwa aku sama sekali tak pernah menuliskan alamat indekosku dengan sembarangan. Hanya beberapa gelintir orang teman kampusku saja yang mengetahui tempat tinggalku saat ini. Bahkan, orang tuaku pun tidak.

Setelah tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Mang Ujang, aku permisi untuk segera menuju kamar indekosku. Melemparkan tas dan tubuh malang ini sekenanya di tempat tidur.

Langit-langit kamar yang setiap hari kutatap tidak berubah. Ia selalu kosong dan menyebalkan, seperti diriku. Ya. Menurut penilaianku sendiri, aku tidak sekeren kata para pembaca novel-novelku di Wattpad.

Mereka hanya tidak tahu saja. Bahwa dibalik akun dengan username "Madame Louis" adalah gadis kumal dengan kehidupan yang serba berantakan.

Satu-satunya cara agar aku bisa bertahan dengan diriku sendiri adalah dengan bersembunyi, seperti sekarang. Membuat identitas baru yang sama sekali bertentangan dengan aku yang asli di dunia nyata. Menciptakan seorang tokoh imajiner seperti di novel-novel dengan kesempurnaan hidup dan jalan cerita yang ada di dalamnya.

Tak dapat kupungkiri. Selama bernaung dibalik akun Madame Louis di Wattpad, banyak orang yang ingin bertemu denganku secara langsung. Tidak sedikit yang ingin berfoto, saling bercerita kehidupan masing-masing, bahkan ingin menjadi sepertiku. Maksudku, menjadi seperti seorang Madame Louis. Tokoh rekaan yang kuciptakan.

2 tahun lamanya aku berkecimpung di dunia per-Wattpad-an. Sudah ada sekitar 3 bukuku yang diterbitkan. 2 novel yang masih on going, dan beberapa draft yang sengaja belum kupublish untuk ceritaku selanjutnya. Well, penerbit buku-bukuku pun hanya melakukan komunikasi denganku lewat Whatsapp, tidak lebih. Sering mereka minta untuk bertemu secara langsung denganku. Tapi selalu kutolak dengan halus, kadang malah mentah-mentah begitu saja. Mengingat, aku tak pernah mau kehidupanku yang sebenarnya terekspos oleh siapapun. Apalagi media. 

Aku tidak tahu kapan tepatnya kegilaan menulisku ini muncul. Mungkin, kejadian saat aku masih duduk di bangku SMP itu yang membuat diriku menjadi separuh orang lain. Mengubah segala pemikiran yang dulu pernah ditanamkan oleh orang tuaku. Membuatku menjadi orang asing, bahkan bagi diriku sendiri.

Terkadang, aku ingin kembali ke jalan yang benar. Kembali menjadi seperti diriku ketika usiaku masih 10 tahunan. Ketika ibu dan ayahku belum mengenal orang-orang itu. Mereka yang menghancurkan hidup kami sepenuhnya. Mereka yang selalu hadir dalam setiap tulisanku yang penuh dengan amarah dan kebencian yang sebenar-benarnya. Mereka, yang ingin aku temui dalam keadaan hidup atau mati. Kemudian, membiarkan apa yang selama ini menjadi bebanku lunas terbayar dengan cucuran darah yang mengalir dari tubuh mereka.

Ya, monster dalam diriku hampir menguasai seluruh pengendalian dalam diriku. Ia tak memiliki belas kasih. Namun, aku tahu aku masih punya Madame Louis, dan orang misterius yang mengirimkan sebuket bunga Daffodil ini, bunga di Bulan Maret.

0 comments:

Post a Comment