Saturday, September 8, 2018

Menyusophia : Chapter 5






Setelah hari itu, ayah resmi bekerja di tempat kenalannya dulu. Dan aku pun, resmi menikah dengan anaknya. Hari-hari pertama menjalani hidup sebagai seorang istri, tidak begitu berat bagiku. Namun, hari-hari selanjutnya sangatlah berbeda. Ternyata ada rahasia besar yang selama ini disembunyikan ayah dan ayah mertuaku dariku. Sebuah rahasia besar yang mengawali sejarah terciptanya wabah Menyusophia.
Sebelum pabrik garmen ayah bangkrut, beliau bekerja sama dengan Pak Walikota terpilih saat ini. Bisa dibilang, bahwa ayah adalah sponsor tetap yang selalu menyokong pergerakan Pak Walikota sebelum beliau resmi terpilih menjadi orang nomor satu di kota ini. Awalnya, kerjasama mereka adalah kerjasama yang sehat, sebelum akhirnya ayah mertuaku menjadi duri dalam daging di antara mereka.
Jika kamu masih di kota kita sebelum Walikota lama lengser, maka mungkin kamu pernah tahu tentang bakal calon yang akan menggantikan jabatan Pak Walikota. Ya, hanya ada dua calon saja menjelang pemilihan berlangsung. Pak Walikota yang menjabat sekarang, dan ayah mertuaku. Alih-alih menerima kekalahannya secara lapang dada, ayah mertuaku ternyata memiliki dendam kesumat yang tak terbantahkan pada Pak Walikota terpilih, beserta kolega-koleganya. Dan ayahku, menjadi target terpenting yang sudah ia incar dari lama.
Sebagai seorang pengusaha, aku yakin ayah memiliki pemikiran yang tidak cukup bodoh untuk memutuskan sesuatu. Ia selalu mengajariku dan adik-adik tentang bagaimana menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Pak Walikota pun memiliki tabiat yang sama. Ia benar-benar mengupayakan yang terbaik tak hanya untuk pendukungnya saja, melainkan meliputi semuanya. Namun, ayah mertuaku yang sudah gelap mata menerjang segala bentuk kebaikan yang mencoba mengambil hatinya. Ia tidak percaya orang baik. Baginya, kebaikan hanyalah topeng semata untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Lantas, kamu mungkin bertanya bagaimana bisa ayahku kehilangan seluruh asetnya, dan bagaimana mungkin beliau bisa memercayakanku untuk menjadi salah satu bagian dari keluarga ayah mertuaku. Jujur, terlalu banyak teka-teki yang saat itu harus kupecahkan sendirian. Suamiku bahkan sama sekali tak pernah mau tahu dengan permasalahan pelik ini. Ia sedingin es. Aku dijadikannya pelampiasan belaka. Bukan menjadi urusannya ketika perasaan dan fisikku terluka. Pulangnya selalu larut, mulutnya selalu bau alkohol, dan jaketnya dipenuhi bau-bauan parfum perempuan.
Saat itu, aku tidak bisa berpikir jernih. Aku mulai menyalahkan ayah atas segala yang kuterima. Namun di kemudian hari, aku mengetahui sesuatu lain yang membuatku berusaha keras menerima segalanya, dan berdamai pada keadaan. Selain melakukan penelitian untuk karyaku yang mendapat apresiasi Pak Walikota, diam-diam aku juga melakukan penelitian untuk menciptakan penawar bagi penderita Menyusophia.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

0 comments:

Post a Comment