Sunday, September 23, 2018

One Day One Post : TANTANGAN II Part 1 - Broken Home (Rich Family)



Aldo menatap nanar pada layar komputernya yang menayangkan sebuah game petualangan yang ter-pause. Sudah lima belas menit berlalu. Namun, tidak ada yang ia lakukan selain duduk diam dan melamun. Pertengkaran itu terjadi lagi. Kali ini, ia mendengar suara benda yang dibanting ke lantai, hingga menimbulkan suara bergemerincing keras.

“Papa nggak pernah mau ngerti perasaan mama!”

“Mama yang nggak pernah bisa mengerti kesibukan papa! Toh, papa kerja juga buat mama sama Aldo, kan?”

“Bohong! Kerja kantor macam apa yang bikin papa hanya bisa pulang tiap jam 12 malam? Pasti papa punya simpanan!”

Tak ada lagi teriakan keras yang terdengar. Yang ada, justru suara tangisan mama dan bantingan benda yang pecah berkeping-keping itu. Aldo hanya bisa mengunci dirinya di kamar saat kedua orang tuanya bertengkar hebat seperti itu. Semenjak papanya meendapatkan promosi baru di kantor, beliau memang sering pulang hingga larut malam.

Awalnya, tidak ada yang aneh pada sosok beliau. Namun, setelah beberapa minggu berlalu, mama sering mencium bau-bauan aneh seperti parfum perempuan, atau bahkan alkohol yang masih menempel di jasnya. Perlakuannya ke mama pun berbeda sama sekali. Beliau menjadi kasar, dan enggan berlama-lama dengan mama.

Sebenarnya, Aldo yang masih berusia tujuh belas tahun enggan untuk ikut campur masalah orang tuanya itu. Selain mengganggu pendidikannya, permasalahan kedua orang tuanya merupakan sesuatu yang belum bisa Aldo terima sebagai sebuah kewajaran. Karena seringnya mendengar atau menyaksikan adegan yang tak semestinya itu, Aldo memilih untuk mengasingkan diri di kamar, sambil memainkan game di komputernya sepanjang hari.

***

“Lebih baik kita cerai!” kalimat itu terlontar begitu saja pada pertengkaran yang entah ke berapa kalinya. Papa Aldo dengan wajah merah padam spontan mengucapkannya setelah menampar istrinya hingga terjatuh ke lantai. Tidak peduli pada rasa panas yang menjalari tangannya, serta air mata istrinya yang terus menetes. Laki-laki itu larut dalam amarah nafsu yang menguasai hatinya.

“Papa! Laki-laki macam apa yang tega meninggalkan perempuannya dalam keadaan paling terpuruk sekalipun? Apakah papa juga sudah tidak memikirkan tentang aku?” Aldo memberanikan diri keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan terakhir yang terlontar dari sang papa. Ia tidak tahan juga untuk terus diam dan pura-pura tidak peduli.

Walau bagaimana pun, sebagai seorang anak tunggal dari keluarga yang terhitung mampu, ia enggan memiliki keluarga yang tidak utuh. Meskipun sangat sedikit kemungkinan untuk merekatkan kembali ikatan yang hampir terputus.

“Tahu apa kamu anak kecil? Aku sudah muak dengan perempuan ini! Lebih baik kita berpisah saja!”

“Sadar, pa! Kita ini keluarga yang pasti saling membutuhkan satu sama lain!”

“Persetan dangan itu semua! Urus saja dirimu sendiri!”

Papa Aldo meninggalkan istri dan anaknya begitu saja. Baginya, menghindar dari masalah mungkin akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Namun, ia tidak memikirkan efek di kemudian hari yang membuat anaknya mencari tahu kebenaran sebenarnya.

#TantanganODOP2
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi

0 comments:

Post a Comment