Saturday, October 6, 2018

Awwalan


Berawal dari sebuah niat untuk memantaskan diri karena Allah, langkahku dipermudah saja untuk menjejaki tangga-tangga menuju sesuatu yang bisa dibilang “pantas” itu sendiri. Aku tidak tahu bagaimana skenario Allah akhirnya membuatku bertemu dengan mereka saat ini. menjadi teman berbagi suka dan duka. Tawa dan lara. Walaupun hanya sekejap saja. Baru sekedipan mata. Semua memang telah terencana sebelumnya.

Dulu, aku selalu berharap ditemukan oleh seseorang yang baik. Yang dunia dan akhiratnya seimbang. Yang mampu dan bersedia berjuang. Ah, kupikir impianku biasa saja kala itu. rupanya, Allah justru mengabulkan impian itu satu per satu dengan menghadirkan banyak orang baik hari ini. Terlalu banyak.

Salah satu yang aku tidak habis pikir adalah, bagaimana bisa aku bertemu seseorang yang mirip seseorang di sebuah kota yang sama sekali bukan tempat asal kami? Seseorang yang mirip seseorang di masa lalu. Berperawakan dan penampilan yang memang hampir mirip satu sama lain. Namun memiliki kepribadian serta pemikiran yang berbeda satu sama lain.

Sebenarnya, aku tak pernah mempermasalahkan darimana kami berasal. Karena dalam tataran teman, kupikir semua sama saja. Takdir yang mempersatukan kita, sudah tahu lebih dulu. Dan mungkn saja, Allah mempertemukan dan menyatukan kami dalam sebuah forum bukan tanpa alasan. 

Karena aku yakin selalu ada hikmah dan pelajaran berharga yang bisa diambil pada tiap-tiap orang yang kutemui. Baik ia seseorang berhati baik atau tidak. Tapi, masalah hati memang kembali lagi pada si pemilik. Aku tidak berhak menilai apalagi menghardik hanya berdasarkan tahu segelintir saja.

“Kau hanya tahu namaku, bukan keseluruhan cerita hidupku.”

Acapkali kita mendengar kutipan itu disampaikan. Memberi tanda bahwa seseorang tidak boleh menilai orang lain hanya karena ia tahu namanya saja. Sedangkan, cerita kelam atau bahagianya saja tidak pernah diketahui.

Lalu, apakabar dengan menunjukkan diri?
Tak ada gunanya. Hidup ini bukan ajang eksistensi atau mencari pengakuan. Namun, ternyata juga bukan untuk menjadi berarti lantas mati. Lebih dari itu, hidup adalah pengabdian dan penjagaan. Mengabdi sebagai bekal pertanggung jawaban di hadapan Illahi. Dan menjaga, apa-apa yang sudah dikaruniakan Illahi kepada diri.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

0 comments:

Post a Comment