Monday, October 1, 2018

PROSA: Titik Bifurkasi

Pada sebuah titik bifurkasi, nyatanya sukma kelimpungan menentukan arah mana yang harus dilalui. Otak dan hati pun bekerja melambat untuk menentukan keputusan. Percabangan pilihan itu menghadang di depan sana.

Sebenarnya, tidak peduli bendera mana yang nanti akan menaungi, selama Merah Putih tetap menjadi pusat segala konstitusi.

Tidak peduli jas dengan warna apa yang akan dikenakan, selama pakaian kebangsaan masih lekat membungkus raga ini.

Tidak peduli, formasi macam apa yang akhirnya diikuti, selama masih dalam pelukan ibu pertiwi.

Segala perbedaan menjadi samar, dan melebur saat kata persatuan lebih kuat tertanam, dan menguar di dalam pikiran, hati, jiwa, dan raga yang tenang.

Sebenarnya, tidak masalah menjadi bagian dari gerakan yang memiliki visi misi memajukan negeri. Yang menjadi masalah, justru mereka yang seringkali hendak melepas atribut NKRI.

Perbedaan masalah furu' pun, bukan suatu alasan bagi tiap ikatan untuk enggan bersatu. Karena saat ini, lelah berpisah menjadi bagian dari dakwah yang kian merekah di negeri penuh berkah ini, InsyaAllah.

Karena ternyata, rasa penasaran saja belum cukup menjadi penguat bagi diri untuk menyelam dalam tatanan kebanyakan.

Sebaliknya, si sukma memilih untuk menjadi berbeda. Baginya, dunianya ada pada sisi yang lain. Karena jati diri bukanlah sebuah pilihan, melainkan naluri.

Mungkin, seperti itulah jalan terbaiknya.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

0 comments:

Post a Comment