Saturday, October 20, 2018

Mengukur Kapasitas Diri Sendiri

Mengapa penting bagi kita untuk bisa mengenal diri sendiri? Banyak alasan yang masuk akal dan mampu menjelaskan secara gamblang, kenapa kita "harus" mengenal siapa diri kita sebenarnya. Jangan-jangan, selama belasan bahkan puluhan tahun hidup di dunia ini, kita tidak pernah tahu siapa sebenarnya sosok yang ada didalam diri kita ini?

Jadi, tulisan ini lahir sebagai muhassabah penulis secara pribadi, atas berbagai kontemplasi panjang dan juga diskusi penuh makna dengan orang-orang yang luar biasa.

Sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil. Seperti halnya proses bertumbuh dalam memperbaiki diri. Ianya tidak bisa serta merta menjadi sosok yang mulia, padahal sebelumnya penuh cela. Berniat untuk menjadi baik memang mudah. Namun juga membutuhkan waktu yang tidak sehari semalam. Karena niat harus jua didukung tekad, serta semangat. Agar jika di tengah perjalanan nanti menemukan batu sandungan atau kerikil terjal, paling tidak ada ancang-ancang atau persiapan yang bisa dilakukan sebelumnya.
Misalnya saja metamorfosis kupu-kupu.

Apakah seekor kupu-kupu bisa langsung terbang dengan sayap indahnya tanpa melalui proses tertentu terlebih dahulu? Tidakkan? Ia mengalami berbagai fase yang kadang menyebalkan atau menyakitkan, yang justru bisa membuatnya terliat indah ketika ia berhasil melewati itu semua.

Ketika calon kupu-kupu masih berupa telur yang ditetaskan induknya, ia belum mengerti dan mengenal seperti apa dunia luar. Lebih dari itu, bahkan ia belum mampu mengenali dirinya sendiri.

Setelah agak dewasa, telur kupu-kupu akhirnya berubah menjadi ulat atau larva dengan bentuk fisik cenderung kurang disukai sebagian orang. Pada fase ini, banyak sekali cacian dan makian yang datang dari mereka yang tak menyukai bentuk si ulat. Atau menganggap ulat ini sebagai hewan yang merugikan karena dapat membahayakan dengan fisik yang juga menakutkan. Tapi di sisi lain, ulat tidak peduli dan tetap makan untuk kelangsungan hidupnya, dan bersiap menjadi kepompong, menjadi diri yang baru.

Ketika menjadi kepompong, calon kupu-kupu terus menempa dirinya sendiri. Mengabaikan dunia luar yang sempat membencinya, dan hanya fokus pada perbaikan dirinya sendiri. Karena ia yakin, setelah ini dunia akan takjub pada perubahan dirinya.

Lalu tibalah saatnya kupu-kupu melepas cangkang kepompongnya. Pada saat itu, meski tubuhnya masih basah karena baru saja keluar dari cangkang, untuk pertama kalinya ia naik ke dahan dan ranting pohon untuk mengeringkan sayapnya, sebelum akhirnya siap untuk terbang kesana kemari. Membuktikan kepada dunia, bahwa proses membaiknya selama ini tak sia-sia.

Ya, sama juga denganku yang sedang berusaha bertumbuh dan berproses ini. Kadang kala, ada saja hal-hal yang membuatku down seketika atau semangat seketika pula. Kadang, tidak jarang karena begitu semangatnya untuk segera menjadi diri yang lebih baik, aku sampai lupa bahwa seharusnya memang ada  proses yang harus dilalui terlebih dahulu.

Dalam hal ini, ada baiknya untukku ambil cermin seraya menatap pantulan diriku di sana. Berkata padanya, memangnya kamu siapa? Sudah ada di tahap bagaimana perubahanmu? Sampai-sampai apapun ingin kau telan dan muntahkan saat itu juga. Hei, apakah kau belum tahu caranya mengunyah?

Lalu, sebelum lebih jauh lagi aku mulai mengenal diriku, rasanya pertanyaan ini juga cocok untukmu yang sama sepertiku. Apakah kau sudah mengenal siapa Tuhanmu? Siapa penciptamu? Jika belum, maka kenapa tidak kau kenali Dia dahulu, sebelum banyak materi tentang semesta ini kau pelajari? Mungkin akan percuma jika kau bahkan telah menghafal separuh ilmu di dunia ini, jika kau bahkan tak pernah peduli untuk apa ilmu itu kau tuntut. Untuk siap ilmu itu akan berarti. Dan karena apa kau menuntut ilmu tersebut.

Kenali Tuhanmu.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
This entry was posted in

0 comments:

Post a Comment