Friday, October 12, 2018

Bu Rina dan Falid

Namanya Rina Susanti. Dosen baruku di IAIN Salatiga, yang mengampu mata kuliah Bahasa Arab. Bu Rina, begitu beliau kerap disapa. Beliau bukan asli orang Jawa. Melainkan, merupakan seorang perantaudari Sumatera yang berjodoh dengan orang tempatan di Salatiga. Selain di Jawa Tengah, Bu Rina juga pernah berdomisili di Jawa Timur ketika menempuh pendidikan menengah atas. Pada semester pertama ini, beliau mengampu kami dengan fokus bahasan khusus pada maharatul kalam atau kemampuan dalam berbicara Bahasa Arab.

Ketika pembelajaran dimulai, Bu Rina tak banyak menyampaikan materi yang bersifat teori. Sebaliknya, beliau justru selalu meminta kami untuk langsung mempraktekkan dialog atau percakapan yang bisa terdiri dari dua orang atau lebih. Sistemnya, beliau menyuruh kami untuk maju ke kelas dengan berdialog atau bercakap-cakap menggunakan topik yang telah ditentukan.

Namun, pada beberapa minggu yang lalu, ada satu hal yang menarik yang beliau sampaikan di kelas kami, di jurusan Bahasa dan Sastra Arab B. Sesuatu yang beliau sampaikan ialah mengenai anaknya yang bernama Falid, yang kini tengah duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Falid merupakan anak laki-laki pertama Bu Rina yang menjadi sosok penyemangat bagi kami selama beberapa pertemuan ini.

Meskipun Falid masih anak-anak, namun semangat juangnya tidak kalah dengan orang dewasa. Ia terus mencoba dan mencoba pada setiap lomba membaca maupun hafiz Al-Qur’an yang terselenggara. 

Satu cerita Bu Rina yang membekas di hatiku, ialah ketika Falid mengikuti lomba hafiz Al-Qur’an hanya karena termotivasi oleh sepupunya. Saat itu, tidak ada persiapan maupun pikiran bagi Falid untuk berlatih sebelumnya. Ia hanya memiliki keberanian, semangat untuk menjadi pemenang, serta tidak mau kalah dengan sepupunya. Walhasil, ketika benar-benar mengikuti lomba tersebut, Falid gagal. Saat itu, ia benar-benar kecewa dengan hasil yang ia dapatkan.

Tahun berlalu, namun Falid tidak menyerah untuk tetap mengikuti berbagai lomba. Ia tidak patah arang untuk tetap mengembangkan minat dan bakatnya, untuk dibuktikan pada sang ibu, yakni Bu Rina. Walau sebenarnya, kebahagiaan orang tua itu terlalu sederhana. Mereka sudah bahagia ketika kita bahagia. Ya, sesederhana itu. Sampai pada akhirnya, Falid benar-benar membuktikan bahwa ia mampu dan bisa menjadi juara pada lomba cerdas cermat yang ia ikuti baru-baru ini.

Pada intinya, sesuatu yang bisa kusimpulkan dalam tulisan ini, ialah semangat juang Falid yang luar biasa, ditambah karena didikan dari Bu Rina juga, yang tidak menanamkan nilai-nilai serba instan kepada anaknya.

Yang jelas, setiap orang, siapapun itu tak pandang bulu, pasti memiliki sesuatu istimewa pada dirinya, yang jika terus menerus berproses dan menikmatinya, maka pada waktu tertepatnya nanti, ia akan mendapatkan buah dari perjuangannya selama ini.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

0 comments:

Post a Comment