Saturday, October 6, 2018

Mahasantri


Sudah lama  aku hanya mendengar istilah itu diperdengungkan. Gabungan dari dua kata yang menjadi akronim semakna yang kupikir cukup keren jika disandang.

Mahasiswa yang santri. Santri yang mahasiswa.

Jadi, menjadi mahasantri memang menembus batas-batas kemahasiswaan sendiri. Juga menjadi santri yang menembus batas-batas kesantrian itu sendiri. Seorang mahasiswa yang tidak hanya mencari ilmu dalam praktiknya. Melainkan menyuarakan pergerakan dan kemerdekaan sebab telah menjadi seseorang yang mampu bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang dilakukannya. Santri yang lebih dari sekadar mencari ilmu agana dan berkah lewat kyai. Namun, juga kepada guru dan dosen yang derajatnya tidak sama dengan kyai, tapi memiliki peranan yang sama yakni mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang belum diketahui.

Di Indonesia, bonus demografi kian terlihat dari banyaknya generasi muda yang sekarang ini ada di tataran SMA sederajat hingga perguruan tinggi. Tak hanya itu saja, mereka yang memilih untuk bekerja pun mempunyai kemampuan yang sama untuk disetarakan juga dengan yang ada di perguruan tinggi. Bedanya, hanya nasib dan pilihan yang akhirnya membuat mereka terlihat seolah berbeda sama sekali.

Suatu kehormatan bagi saya untuk bisa mengenyam pendidikan di sebuah instansi yang bernafaskan agama Islam secara kental. Ada kebahagiaan dan kebanggan tersendiri pula, tatkala Allah memberi kesempatan saya untuk turut menjadi bagian dari Mahasantri yang bisa dibilang merupakan suatu mimpi kecil saya sebelum kembali menginjakkan kaki di tanah air.

Ya, menjadi seorang buruh pabrik di luar negeri dahulu memang bukanlah sebuah keinginan saya pribadi. Melainkan ada campur tangan orang tua dan beberapa dorongan dari teman sebaya kala itu, yang membuat saya bulat memutuskan untuk berangkat. Hampir dua tahun saya menghabiskan waktu di negara tetangga, Malaysia. Bukan menjadi pesuruh, melainkan seseorang yang benar merdeka, tapi tersita waktu dan kesempatan untuk berekspresi atau mengerjakan hobi.

Allah Maha Baik.

Ketika saya tidak menyerah di dalam do'a, meskipun saya tidak memiliki apa-apa. Hanya keinginan kuat dan modal nekat untuk berharap berjaya, semua itu akhirnya terbayar lunas ketika sebuah mimpi itu berhasil saya capai. Sekarang, tinggal bagaimana saya mempertahankan predikat ini, dan memberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih indah kelak.

Mudahan, segala sesuatu yang saya rencanakan selalu mendapat restu dari Tuhan seluruh alam.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

0 comments:

Post a Comment