Saturday, October 20, 2018

Dia

Kami berpisah setelah lulus kuliah. Membutuhkan waktu cukup lama, sebelum akhirnya secara tiba-tiba ibuku dikejutkan oleh kedatangannya bersama kedua orang tuanya ke rumahku. Tanpa basa-basi, dia katakan hendak mencari ayahku, membicarakan hal yang penting, begitu.

“Saya ingin menikahi anak bapak,” ayahku menceritakan tentang ekspresi wajahnya yang menegang tatkala mengucapkan kata-kata itu. Berbeda sekali ketika ia sering menampilkan wajah paling jeleknya untuk mengejekku dulu. Haha, ingin tertawa rasanya ketika ibu memanggilku. Tergopoh-gopoh ia mencariku di kamar. saat itu, aku sedang mengerjakan banyak deadline tulisan, yang membuat mataku berkantung karena tidak tidu semalaman.

“Ardi. Ardi mencari bapakmu, nak,” ibu mengatakannya dengan napas tersengal. Ekspresi wajahnya begitu lucu, membuat aku mengurungkan niat untuk tertawa karena takut berdosa.

“Lalu, kenapa ibu mengtakannya padaku? Kenapa tidak mencari bapak langsung saja?” aku bertanya sekadarnya. Mataku masih tertuju pada layar komputer yang berjajar barisan huruf di sana.

“Dia, datang ke sini bersama kedua orang tuanya,” jelas ibu.

“Apa?” aku kaget sekali ketika ibu mengatakan “bersama orang tuanya”. Tiba-tiba, bapak ikut menyambangi kamarku. Ekspresinya datar sama sekali. Hanya dua kata yang keluar dari mulutnya.

“Ikut bapak.”

Lantas, bagaikan itik yang mengintil induknya, aku berjalan di belakang bapak. Seketika melupakan deadline yang menggunung. Sama persis seperti yang dikatakan ibu, Ardi datang bersama orang tuanya. Setahun lamanya tidak kulihat wajah itu lagi, banyak sekali yang berubah dari dirinya. Kuakui, dia setingkat lebih tampan daripada setahun yang lalu.

“Kedatangan Ardi dan ayahnya ke sini, berniat ingin meminangmu, nak. Apakah kau bersedia?” bapak mengatakannya dengan lancar.

Duniaku seolah berhenti untuk beberapa saat. Bayangan Ardi dan kedua orang tuanya seolah membeku dalam pandangan mataku. “Apakah ini mimpi?”

Satu langkah besar dalam hidupnya telah berhasil ia lewati. Sebuah peristiwa sakral, dengan sebuah janji suci yang membuatnya mengikat diri sepenuhnya hanya pada satu orang saja. Ia telah menikahiku. Perempuan yang dulu sering diledeknya sebagai si cebol dan segala macamnya. Seseorang, yang juga diam-diam kucintai. 

Entah bagaimana aku mendefinisikan perasaan ini. Menurut hukum alam, kami seharusnya saling membenci. Namun, takdir Tuhan berkata lain dengan menghadirkan dia sebagai seseorang yang akan menjadi surga atau nerakaku kelak. Ya, dia yang kini menjadi suamiku itu.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

0 comments:

Post a Comment